Dewan Masjid Indonesia (DMI) menyambut baik kerjasama yang telah dilakukan oleh Harian Republika dengan Institut Akuntasi Masjid (IAM) dalam pelaksanaan pelatihan akuntasi yang terhubung melalui internet atau akuntasi daring, yang telah berlangsung sejak tahun 2016. Kegiatan yang kedelapan kalinya terselenggara ini berlangsung pada Sabtu, 21 April 2018 di Pusdai, Jawa Barat.
"Program pelatihan ini sangat bermanfaat bagi kemaslahatan umat. Terutama takmir masjid yang telah mengelola dana umat untuk berbagai kegiatan yang telah menunjang keberadaan tempat sujud itu sebagai upaya dalam memakmurkan dan dimakmurkan masjid. Jamaah bisa mengakses secara transparan laporan dana umat tersebut," kata Komjen Pol H Syafruddin MSi, Wakil Ketua Umum DMI.
Syafruddin menyebutkan sekitar 800 ribu masjid yang ada di seluruh Indonesia, yang sebagian besar mungkin masih membutuhkan pembenahan dan perbaikan manajeman, terutama pelaporan keuangannya.
Ia melihat potensi masjid di Indonesia menjadi tempat berbagai berbagai aktifitas sosial sekaligus menjadi pusat pemberdayaaan ekonomi umat. Dari Masjid, ekonomi umat bangkit. "Jadi kehadiran dan fungsi masjid bukan semata-mata untuk menenangkan hati, melainkan juga menerangi kehidupan. Pembangunan ekonomi dengan memanfaatkan masjid haruslah melibatkan masyarakat di sekitarnya. Tempat yang ada di sekitar masjid bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan usaha, baik kecil maupun menengah. Sebagian keuntungannya didonasikan untuk perawatan dan pengelolaan masjid," jelas Syafruddin.
Sementara itu, trainer pelatihan akuntasi Masjid berbasis online, Absar Jannatin, menyebutkan sudah ada sekitar 800 masjid yang sudah ikut pelatihan ini. Meski masih sedikit dari jumlah masjid yang ada di seluruh Indonesia. "800 masjid yang sudah kita sosialisasikan, yang kerja sama dengan Republika. Karena memang ini yang dibutuhkan," katanya di sela-sela pelatihan, seperfti dilansir republika.co.id.
Menurutnya, masjid merupakan pusat pengembangan peradaban umat. Karenanya, "Dengan adanya laporan keuangan yang akuntabel maka fungsi masjid akan semakin berkembang. Sebab masjid merupakan pusat pengembangan peradaban umat.," ujarnya.
Laporan keuangan masjid secara transaparan, menurut Absar, akan membuat jamaahsemakin percaya dan nyaman menitipkan dananya lewat masjid untuk berbagai kegiatan. "Karena mesjid salah satu pilar terpenting. Dengan laporan keuangan otomatis akan memperlihatkan program kegiatan masjid dan itu akan dibaca umat. Jadi tidak hanya pengurus masjid saja yang tahu pengalokasian dana umat, tetapi dengan metode online ini, jamaah pun bisa mengakses sehingga ada transparansi, " tuturnya.
Memang selama ini ia tak menampik adanya keluhan pengurus masjid yang klesulitan menyusun laporan keuangan. "Salah satu penyebabnya, yah, banyak yang tak memiliki dan mengerti ilmu akuntansi. Mereka cari tahu sendiri, tapi begitu tahu juga bingung bagaimana bikinnya. Makanya kami fasilitasi belajar selama lima jam bisa bikin laporan keuangan karena adanya aplikasi," bebernya.
Untuk itu, ia mengharapkan ke depannya semakin banyak masjid yang ikut pelatihan dan memahami cara pelaporan keuangan yang akuntabel dan transparan. Sehingga masyarakat semakin percaya menitipkan dananya kepada masjid. Masjid pun bisa menyalurkan dana umat lewat kegiatan-kegiatan pengembangan umat.
ZT-Kemayoran, 22 April 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H