Dalam perjalanan ke bandara Soekarno Hatta pagi ini, iseng-iseng saya buka Instagram, setelah sekian hari tak menjelajah di situ. Akun yang pertama muncul di beranda saya adalah #iyasinlimpo. Saya geser ke bawah layar Hp, nampak dua tokoh deerah, dan saya langsung tekan foto itu, lalu saya save dan segera saya croping.
Kedua tokoh ini saya kenal baik. Keduanya pun tentu mengenal saya dengan baik pula. Mereka anak beranak, yang satu calon kuat Gubernur Sulawesi Selatan. Dan yang satunya lagi, Bupati Gowa yang telah menggantikan bapaknya.
Adnan Puricta Ichsan, Sang Bupati muda dengan karir politik cemerlang. Ia telah menjadi legislator level provinsi ketika usianya masih hijau, hasil pemilu 2009. Waktu itu mungkin ia berkisar 21 tahun. Saya satu partai dengannya, dan menjadi caleg DPRD Sulawesi Selatan. Cuma beda daerah pemilihan. Bedanya lagi, ia sukses dengan suara tak terkalahkan, sedangkan saya tak terpilih.
Adnan tahu gimana caranya agar terpilih. Ia menyasar segmen remaja dan anak-anak muda yang menjadi pemilih pemula waktu itu. Mungkin juga konstituennya ibu-ibu dan bapak-bapak yang punya atensi besar terhadap kemampuan orang muda sebagai generasi pelanjut.
Walau Adnan bukanlah satu-satunya politisi belia ketika itu, tapi ia punya daya pikat tersendiri. Setidaknya di level daerah, yang kelak mungkin akan merangsek ke pusat kekuasaan negeri ini. Ia begitu tenang, menyenangkan dipandang mata. Wajah rupawan dengan postur ideal yang dimilikinya, memang wajar jadi idola. Saya kira banyak bintang film yang terlewati. Hebatnya, karena ia pun sangat santun dan sopan dalam bertutur kepada siapa saja.
Acap kali saya bertemu dengan Adnan di momen-momen pesta pernikahan. Kami bukan hanya bersalaman, tapi selalu 'cipika cipiki' dan bisa ngobrol santai berlarut-larut. Di situ, benak saya langsung melayang ke sosok pamannya, Syahrul Yasin Limpo, Gubernur Sulsel yang sebentar lagi akan pensiun.
Dua tahun terakhir Adnan Bupati Gowa. Saya tak merasakan langsung sentuhan kepemimpinannya lantaran empat tahun terakhir saya menetap di Jakarta. Akan tetapi kabar berita dan cerita begitu banyak orang, ia bisa memimpin dengan baik di kampung halaman saya itu. Saya berharap ia pun dapat membangun Gowa dan mensejahterahkan rakyatnya. Sekarang saya belum mampu mencentang kiprah Adnan di dua tahun kekuasaannya. Masih terlalu pagi untuk menilai, mungkin nanti dua tahun yang akan datang.
Sementara itu, Ichsan Yasin Limpo, Bupati Gowa dua periode berturut-turut, sebelum dijabat oleh tokoh muda yang saya ceritakan di atas. Sungguh, saya menaruh hormat sama Punggawa --gelar populer Ichsan Yasin Limpo hingga kini.
Ia sosok yang tegas dan punya komitmen kuat!
Saya hanya sekali bertemu Punggawa dalam empat tahun terakhir. Itupun secara kebetulan di Plaza Indonesia, Jakarta, tahun lalu. Tak ada yang berubah dari sosok Punggawa. Tetap selalu ceria dan murah senyum. Andai ada kesempatan ngobrol lama waktu itu, mungkin saya akan bilang, "Pak Ichsan ini makin gagah dan awet muda."
Bila saat ini Punggawa ikut bertarung dalam Pilgub Sulsel dengan menggandeng Andi Muzakkar sebagai wakilnya, saya kira pasangan ini sangat tangguh, dan susah terkalahkan. Sebab, Punggawalah yang paling siap segala-galanya untuk menjadi Gubernur Sulawesi Selatan, menggantikan Sang Komandan.