Masih sangat jernih di ingatan saya, Sabtu atau Minggu pagi saya sering jogging di sepanjang pantai Losari, Makassar.
Sekitar 2 kilometer cukuplah melelehkan keringat, dan berhenti tepat di depan toko yang berada di sudut pertigaan Jalan Riburane dan Jalan Sulawesi.
Di sudut toko itu, gerai nasi kuning Riburane yang buka sejak pukul 05.00 subuh, begitu menggoda. Dan, kesempatan itu selalu saya manfaatkan untuk singgah, langsung duduk manis, lalu memesan satu piring nasi kuning khas Makassar.
Biasanya penjualnya bertanya, "Besar atau kecil, Bos?"
"Besar dong!" jawab saya.
Ini soal porsi nasi kuning yang akan saya makan. Apakah porsi besar atau porsi kecil? Lalu saya pesan air mineral pada pemilik toko yang ditempati penjual nasi kuning itu. Mereka kerjasama. Penjual nasi kuning Riburani tak menyiapkan minuman seperti air mineral, kopi, teh dan minuman botol atau kaleng lainnya. Sebuah kerjasama yang saling menguntungkan. Pemilik toko tenang tokonya ramai setiap hari. Penjual nasi kuning itupun senang, jualannya laris manis.
Saya rasa, inilah nasi kuning terenak di negeri ini, sepanjang pengalaman saya menikmati menu nasi kuning di berbagai tempat.
Hanya di Makassar makanan yang enak ini berada. Ia akan menari-nari di kepala menjelang pagi.
Oh, nasi kuning Riburane...Engkau begitu menggoda!
Sudah lebih tiga tahun saya tak menikmatimu.
Saya kangen!