Saya paling suka pakai Huawei P9 sepanjang saya pegang handphone sejak tahun 1996. Saya sangat puas dengan fitur-fitur yang melekat padanya. Walau memang butuh beberapa masa untuk beradaptasi dengannya. Mungkin karena saya sudah begitu familiar dengan produk Samsung dan iPhone.
Saya membelinya sekitar empat bulan lalu. Di teman saya yang punya beberapa kios Hp di Mal Ambasador, Jakarta. Harganya sekitar Rp. 6 jutaan ketika masih terbungkus plastik dan tersegel. Tetapi teman sekaligus langganan saya benama Ali itu menawarkannya Rp. 3,5 juta.
"Ini baru, Bang!" kata Ali sambil angkat jempol.
"Baru? Kok murah gitu?" Saya langsung tertarik.
"Baru dua minggu dipakai! Hahaha..." Ia tertawa.
"Hehehe, pantas harganya murah."
"Tapi ini saya rekomendasikan, Bang. Dijamin mantap!" Sekali lagi ia angkat jempol.
Saya manggut-manggut sambil tersenyum. Bisa juga ia ngecap. Jika pemilik Huawei tahu, saya yakin ia akan dapat bayaran lantaran barusan ia berpromosi.
"Beli ini, sama saja beli kamera bonus hape," pungkas Ali.
Deal!
Saya langsung mengiyakan setelah melirik tulisan kecil di bagian belakang sudut kanan atas Huawei gold yang sedang saya timang-timang itu. Di situ tertera LEICA.