Libur panjang lebaran tahun lalu, sekalian mudik ke kampung halaman. Di Makassar, Sulawesi Selatan. Semua destinasi sudah terekam dalam daftar kunjungan. Untuk menyenangkan dan membahagiakan keluarga tentunya. Saat itu, temanya membahagiakan anak.
Destinasi di daftar itu salah satunya Rammang-Rammang di Kabupaten Maros.
Anak-anak mulanya nampak begitu suka. Senang dan riang gembira nampaknya mereka. Ada perahu, sungai dan air.
Sayangnya, begitu menyusuri air sungai kecokelatan beraroma payau-payau itu, dengan sampah-sampah yang terapung-apung di air berlumpur, anak-anak berubah cemberut. Apalagi, setiba di ujung, disebuah hamparan sawah dan tambak-tambak penduduk setempat yang tak terkelola, di antara gunung-gunung batu karst, wajah lelah mulai tersaji. Belum jalan, sudah keletihan!
Untuk yang suka foto selfie, cocok-cocok sahaja.
"Capekkk, Ayaahh," lontar Alif Fatih Zainal, anak bungsu saya yang baru mau masuk SD.
Rammang-rammang masih butuh perhatian mendalam dan pengelolaan serius.
Halo, penguasa di Kabupaten Maros? Juga Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan!
Apakah mudik lebaran tahun 2018 ini, Rammang-Rammang masih menarik untuk kami datangi?
Sudah adakah perubahan dalam setahun terakhir di sana?
Bikinlah sesuatu yang menarik agar pengunjung bisa menghabiskan satu, atau dua hari di sana. Atau, kita bisa menikmati malam minggu yang tenang di Rammang-Rammang. Jangan cuma separuh hari di sana, pengunjung sudah bosan.