Diawali oleh kecerobohan penari pria itu, yang membuat karir Dominika Egerova (Jennifer Lawrence) sebagai ballerina langsung berhenti. Kakinya patah dan harus dioperasi. Betapa sedih ia melihat kakinya, sementara ia sedang merawat mamanya (Joely Richardson) yang sedang sakit.
Lantaran butuh pekerjaan untuk biaya pengobatan ibunya, Dominika menerima keinginian Egorov, pamannya yang menjadi pejabat di Badan Keamanan Rusia. Ibunya tahu bagaimana tabiat sang paman, tapi lantaran harus menebus pengobatan ibunya, Dominika tetap masuk ke Sparrow School, untuk menjadi Red Sparrow yang dilatih oleh negara untuk ahli dalam spionase, yang mengandalkan tubuh dengan segala bentuk rayuannya dan pikiran sebagai senjata.
Dalam masa pendidikan itu, Dominika menghajar teman kelasnya hingga babak belur karena lelaki itu hendak memperkosanya ketika Dominika sedang mandi. Hal itu dianggap pelanggaran di sekolah itu, hingga Dominika harus dihukum dengan melakukan hubungan intim di depan kelas bersama lelaki yang dihajaranya itu, dan mengharuskan Dominika melepaskan pakaiannya.
Dominika menurut saja, tentu dengan batin yang geram.
Setelah keluar dari Sparrow School, dimulailah aksi Dominika sebagai mata-mata negaranya yang dikirim ke Budapest, dan menjalani misi berbahaya yang terpaksa ia lakukan. Di situ, ia bertemu seorang agen CIA, Nathaniel Nash (Joel Edgerton), yang akrab ia panggil Nate. Tugasnya di Budapest memang untuk memikat Nate dalam rangka untuk mengungkap siapa mata-mata sesungguhnya.
Misi berbahaya tersebut Dominika jalankan bersama Nate hingga tuntas. Ada cinta di dalamnya.
Bersama dua orang teman, saya menonton Red Sparrow di Djakarta Theatre Kamis sore tadi. Saya menganggap bahwa nafas film bergenre Mystery Thriller ini memang lebih separuhnya milik Jennifer Lawrence. Diangkat dari novel karya Jason Matthews, Red Sparrow membuat saya seperti berada dalam roller coaster, berputar-putar, tapi minim aksi kekerasan dan adu jotos. Yang banyak adalah keberanian Jennifer Lawrence dalam buka-bukaan, termasuk adegan telanjang, walau dalam penglihatan saya hanya sekilas.
Namun, terakhir saya bisa menemukan bahwasanya dalam Red Sparrow ada cinta dan aksi balas dendam di dalamnya. Francis Lawrence sebagai sutradara, menyajikan kisah Dominika dalam 2 jam 20 menit, cukup panjang untuk film yang tak punya banyak adegan-adegan mengagetkan. Terlalu banyak detail dari alur novel yang tampaknya ingin diangkat Francis ke filmnya. Namun untungnya, saya mengakuia adanya kejutan-kejutan di bagian akhir film yang tak pernah saya bayangkan. Sebab, saya belum membaca novelnya.
Bolehlah jadi tontonan menarik, tapi dengan catatan dilarang bawa anak-anak.
ZT - Kemayoran, 1 Maret 2018