Keluar dari TIM XXI sekitar pukul setengah sepuluh tadi malam, saya melewati sebuah hajatan bertajuk Parade Musikalisasi Puisi 2018. Saya bermaksud menikmati mie tek-tek bersama keluarga di depan Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta.
Saya tertarik menyaksikan penampilan salah satu grup yang anggotanya para remaja itu, membawakan puisi diiringi musik, di atas panggung yang cukup sederhana dan tidak tinggi itu. Saya tak begitu jelas dan kurang ngerti puisi yang sedang mereka bacakan bergantian di atas. Saya cuma menikmati sejenak musiknya yang juga pas-pasan. Tapi yang pasti saya tertarik memotret penampilan mereka, walau menggunakan kamera handphone yang tak begitu memuaskan hasilnya.
Tak begitu lama, saya lalu ke tujuan semula, makan mie tek-tek.
Tak sampai sejam, saya melewati kembali pentas parade itu. Di situ, saya tiba-tiba terkesiap mendengar teriakan dari atas panggung. Melengking, memecah hiruk pikuk di kawasan TIM.
Saya lirik arloji. Belum pukul 23.00. Saya mendekat ke panggung. Betulkah Sutardji Calzoum Bachri yang sedang "berjingkrak-jingkrak" membawakan puisi, yang ia akui baru diciptakannya tadi itu?
Atau, ia sedang bernyanyi?
Sebelum saya yakin betul, saya sudah mengarahkan kamera handphone kepadanya. Malah saya merekamnya hingga ia tuntas beraksi.
Alhamdulillah, saya sungguh sangat terhibur. Sempat beberapa kali terbahak-bahak. Dan, saya tak sadar telah ikut berjingkrak!
Yang saya akui, pentas barusan begitu berenergi, walau pelakunya saya rasa sudah lebih 76 tahun.
ZT - Grand Indonesia, 24 Februari 2018