Lihat ke Halaman Asli

Lobi dan Kemampuan Membaca Pikiran

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam melobi, kalau kita bisa membaca pikiran orang lain, wow asyik sekali.Kata orang, mungkin tingkat keberhasilan lobi kita bisa mendekati 100 %.Tapi benarkah?

***

Tulisan ini muncul di hadapan Anda karena terinspirasi sebuah ulasan menarik tentang kemampuan membaca pikiran orang.Ulasan itu saya temukan saat jalan-jalan menyusuri lorong panjang dunia internet.Jalan-jalan ke blog teman-teman semua, alias blog walking.

Saya sebagai penulis buku tentang lobi, pengajar mata kuliah tentang lobi, juga beberapa kali menjadi trainer dan pembicara untuk membawakan topik tentang lobi, sudah tentu sangat tertarik dengan topik tersebut.Karena itu, saya membacanya dengan sangat detil.

Tapi, setelah itu, saya justru bertanya dalam hati, siapakah orang yang memiliki kemampuan membaca pikiran tersebut dengan jitu dan akurat?Kalau ada, saya ingin belajar darinya.Kata Stephen R. Covey dalam bukunya 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif, “Asahlah Gergaji”. Jadi, saya ingin mengasah peralatan kerja saya sehingga ketika ada client yang memanggil, gergaji saya tetap tajam.

Yah…, Anda benar.Sudah pasti tidak ada manusia yang mampu membaca pikiran orang lain dengan jitu dan akurat 100%.Yang ada hanya kemampuan memprediksi.Memprediksi pikiran manusia dari emosi-emosinya maupun dari ekspresi yang terlihat di wajahnya ataupun dari umpan balik yang diberikan orang tersebut terhadap pesan-pesan yang kita sampaikan kepadanya. Hasilnya memang kadang mendekati 100%.

***

Jika kita bisa membaca pikiran orang lain tentu indah sekali rasanya hidup ini.Sebagai pebisnis ataupun pelaku usaha yang merangkap sebagai marketer dan sales tentu akan sukses sekali. Target penjualan mingguan, bulanan dan tahunan tidak akan pernah jadi masalah karena akan selalu tercapai.

Tapi kembali ke pemikiran yang rasional, hidup tidak semudah itu.Tidak semua orang mau dibaca pikirannya.Dan karena itu banyak yang ahli mengkamuflase jalan pikirannya agar orang salah membacanya.

Di sisi lain, sebagai praktisi marketing tentu Anda semua tahu, ada season-season (musim-musim) tertentu, bulan-bulan tertentu ketika penjualan lancar, dan ada season-season, bulan-bulan tertentu ketika penjualan seret dan sulit.

Sebagai contoh, ada produk minuman yang diposisikan paling nikmat jika disajikan dan diminum dalam keadaan dingin.Nah, saat ini bulan Oktober, sepertinya kita mulai memasuki bulan-bulan penghujan.Ketika sore menjelang senja itu bumi tengah disiram hujan deras, mungkin orang lebih menikmati jika dihidangkan secangkir kopi atau teh manis panas (hangat) ditambah pisang goreng yang baru diangkat dari kuali atau kacang rebus yang baru diangkat dari panci dari pada diberikan minuman dalam botol yang dingin.

Jadi, sebagai marketer, bagaimana pun ahlinya dia dalam membaca pikiran orang lain, tetap ada batas maksimal penjualan yang tidak bisa dilewati.Kita tidak bisa menyuruh orang yang sudah memutuskan ingin minum kopi panas di tengah udara dingin akibat hujan deras di luar sana untuk minum produk jualan kita yang diposisikan sungguh nikmat kalau diminum dalam keadaan dingin. Apa lagi berusaha memaksanya.

***

Biarkan Pikiran Kita Terbuka Untuk Dibaca

Kemampuan membaca pikiran manusia memang penting buat pelobi.Harus terus diasah bila waktu dan kesempatannya memungkinkan.Tapi lebih penting dari itu menurut saya adalah kemampuan MEMBIARKAN pikiran kita agar tetap terbuka untuk dibaca orang.Dalam hal ini jangan berusaha menutup diri, menutup-nutupi pikiran-pikiran dan emosi-emosi kita, apa lagi menciptakan kamuflase yang bertujuan untuk menyesatkan.

Biarkan diri kita, emosi kita, pikiran kita dan hati kita sebagai buku yang terbuka untuk dibaca oleh orang yang kita lobi yaitu prospek atau calon customer/client kita.Biarkan dia tahu bahwa kita adalah orang yang cocok, orang yang memiliki apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka inginkan untuk memecahkan masalah-masalah mereka.Orang yang dengan tulus siap memberi solusi untuk masalah-masalah mereka.Biarkan kita menjadi “orang saya”-nya dia, yang pada saatnya selalu menjadi kebanggaan mereka.

Mereka bangga memiliki persahabatan dengan kita dan karena itu juga mereka bangga merekomendasikan kita dan produk kita pada para teman, keluarga ataupun pada bawahan dan bosnya.

Dalam kacamata CRM (customer relationship management), pada posisi demikian, sasaran lobi kita itu (prospek atau calon customer/client) sudah mencapai tingkatan tertinggi dalam customer leader, yaitu sebagai advisor ataupun advocate.

Tanpa Anda minta dia siap memberikan testimoni tentang diri dan produk Anda.

Jadi, bila diminta memilih, dari pada memiliki kemampuan membaca pikiran prospek (calon customer/client) atau target lobi kita, yang terikat season, tertutup kamuflase sebagai buah pendidikan, beragam sifat dan karakter, terbukti ahli psikologi yang bagaimana pun ahlinya tetap sulit membacanya dengan jitu, lebih baik kita mengasah kemampuan untuk membiarkan diri kita tetap terbuka dan dapat dibaca orang lain.

Keuntungannya, 100 persen controlable oleh kita.Jadi, biarkan kebaikan Anda, ketulusan Anda, kepedulian Anda dan kesetiaan Anda dibaca oleh prospek, calon customer/client Anda.

Bagaimana pendapat Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline