Pekan lalu negeri kelelawar seperti di solot api, di sebabkan masalah LGBT. Apalagi sebelumnya, sarang penguasa negeri kelelawar seperti halnya di kerumuni ribuan lebah di sebabkan oleh sang penista di ibukota Jakarta. Bukanlah hal yang aneh jika semua perhatian semua orang tertuju pada masalah itu karena di periode sebelumnya belum pernah terjadi masalah atau petaka mengejutkan seperti itu. Lebih lebih tentang pembubaran ormas dan kasus LGBT JAHILIYAH itu.
Semua beranda media sosial di penuhi kritikan dan pendapat antara satu akun dan akun yang lainnya. Ada yang berkata ini di sebabkan pemimpin negeri kelelawar tidak tegas dalam mengambil suatu keputusan. Ada pula yang berkata bahwa pemimpin negeri kelelawar di bawah kekuasaan negeri api. Dan persis seperti itulah yang lain menimpali pendapat pendapat lainnya.
Berawal di bulan februari. kasus di atas masih belum selesai, tapi malah datang lagi masalah baru seperti impor garam, orang gila bayaran,, dan sekarang kebebasan berpendapat di katakan kriminalisasi dan di sebut tidak pancasilais. Aneh, aneh ini benar benar sesuatu yang aneh. Hey pak, bila kebebasan berpendapat dan mengkritisi di sebut tindakan kriminal, itu berarti pendidikan adalah ancaman yang nyata. Lalu tindakan yang seperti apa bisa di katakana benar..?? jika aksi turun ke jalanan (medan) adalah sejarah merdekanya negeri ini.!! Apa mungkin kau lupa tafsir bapak 'SUEKARNO' (sang legenda masa itu) yang pernah menyeru, ''bahwa keadaan suatu bangsa tidak akan berubah sebelum bangsa itu sendiri ingin merubahnya''
Segitu saja, lanjut nanti ketika jalanan sudah tidak macet lagi.... hahahha.[]..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H