Lihat ke Halaman Asli

Apakah Tawuran dan Kegiatan Menyimpang di Kalangan Pelajar di Indonesia Merupakan Budaya?

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Penomena yang belakangan ini kita sering lihat di televisi maupun secara langsung mengenai para pelajar di Indonesia yang acapkali membuat kegeraman pada diri kita dengan sering melakukan tauran semakin banyak terjadi. Pernahkah kita bertanya-tanya mengapa hal tersebut dapat terjadi? padahal yang kita tau pelajar adalah orang-orang intelek yang lebih memggunakan akal fikirannya dibandingkan dengan ototnya, bila yang terjadi tauran ataupun bentrok lalu apa yang salah ? kiranya moral dari pelajar di Indonesia sudah mulai merosot, perkembangan jaman mempangaruhi pemikiran para pelajar di Indonesia. Informasi berkembang sangat cepat sehingga memudahkan orang-orang yang tidak berganggung jawab dengan mudah mengadu domba ataupun mempropokasi kelompok-kelompok tertentu. Gesekan-gesekan dari perbedaan pendapat sangat mungkin menyebabkan terjadinya hal-hal tersebut.

Pernahsaya bertanya kepada bebrapaa pelajar yang sering melakukan tauran, menurut ia salah satu penyebab tauran yang sering ia lakukan di karenakan karena secara turun temurun hal tersebut sudah dilakukan oleh senior-seniornya sehingga bila juniornya tidak melakukan tauran tersebut berarti junior-junior tersebut diragukan roualitasnya terhadap sekolah tersebut. Hal tersebut berarti tauran telah menjadi budaya dalam bebrapa kalangan pelajar.

Pernahkah anda melihat para pelajar berkeliaran di luar sekolah pasa jam—jam belajar? Apa kah yang terlintas dalam pikiran anda ketika melihat hal tersebut terjadi? Aneh , geram, atau biasa saja! Control yang kurang terhadap murid-murid dari suatu sekolah dapat menyebabkan kebiasaan buruk bagi siswanya, kegiatan membolos, kiranya menjadi hal yang sudah sering kita temukan di jalan. Kegiatan tersebut bukan hanya dilakukan oleh parasiswa laki-laki akan tetapi siswi perempuanpun tak jarang ikut serta dalam kegiatan membolos tersebut. Dari kegiataan membolos tak jarang siswa terlibat tauran dengan kelompok lain yang membolos.

Bila hal tersebut telah terjadi siapa yang bertanggung jawab? Seluruh aspek masyarakat dan kalangan pendidik perlu bertanggung jawab atas terjadinya tauran-tauran yang terjadi, bukan hanya instansi sekolah yang beranggung jawab karena terjadi di jam-jam belajar, akan tetapi masyarakat perlu ikut bertanggung jawab karena biasanya tauran terjadi pada lingkungan masyarakat. Control orang tua di perlukan juga dalam pencegahan terjadinya tauran. Orangtua seharusnya mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anaknya di luar lingkungan keluarga, baik di lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah. Dengan demikian semua aspek masyarakat perlu bertanggung jawab dalam control prilaku tindakan pelajar di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline