Perpolitikan China di abad ke-20 diwarnai oleh serangkaian perang kekuasaan dan ideologi. Gejolak perang yang terjadi saat itu memunculkan beberapa revolusi yang menginginkan perubahan-perubahan dalam sistem perpolitikan dan ekonomi China.
Revolusi China secara garis besar terjadi dalam tiga fase, pase pertama dimulai pada tahun 1911 yang mana revolusi ini menghasilkan perubahan sistem pemerintahan China yakni dari kekaisaraan menjadi republik. Revolusi kedua yang terjadi di tahun 1928 berhasil membentuk pemerintahan baru menggantikan sistem pemerintahan lama yang dinilai memecah-belah China. Kemudian fase terakhir yakni terjadi pada tahun 1949 menghasilkan pendirian negara Republik Rakyat China (RRC).
Revolusi 1911
Kekalahan China dalam Perang Chandu (1842) mengakibatkan bangsa-bangsa asing seperti Eropa, Amerika, dan Jepang mulai masuk dan mencampuri urusan kenegaraan China. Hal ini menimbulkan kekecewaan mendalam bagi rakyat China sendiri karena menganggap bahwa kehadiran bangsa asing sama saja seperti menumbuhkan negara baru di dalam tubuh negara lama.
Kehadiran mereka juga membuat politik dan ekonomi China mulai menurun dan kemudian hari memunculkan reaksi-reaksi dari para penduduk. Salah satu reaksi yang timbul adalah dengan munculnya gerakan nasionalisme yang digelontorkan Sun Yat Sen. Ia berambisi ingin menyatukan seluruh wilayah China dalam satu pemerintahan dan didasarkan atas ideologi nasionalisme, sosialisme, dan demokratis. Akhirnya pada tahun 1911 gerakan revolusi ini berhasil meruntuhkan kekaisaran yang saat itu dipegang oleh Machu dan kemudian diambil alih oleh bangsa Tionghoa. Satu tahun setelahnya, pada tanggal 12 Maret China berhasil mendirikan Republic of China.
Akan tetapi pemerintahan Sun Yat Sen tidak bertahan lama. Hanya dalam beberapa bulan memerintah, Yun Shin Kai berhasil melengserkannya kekuasaan Sun dan mengembalikan eksistensi kekaisaraan. Sun saat itu memutuskan mengundurkan diri dan mendirikan Partai Kuomintang (Nasionalis). Pemerintahan yang dikembalikan ke sistem kekaisaraan ternyata tidak diterima oleh provinsi di China Selatan sehingga memutuskan untuk memisahkan diri. Hal inilah yang memunculkan revousi. Setelah Yuan wafat di tahun 1916, negara China mengalami kekacauan diakibatkan perebutan kekuasaan antar jendral perang.
Revolusi 1928
Sepeninggalan Yuan Shin Kai, China dilanda kekacauan diakibatkan perebutan kekuasaan antar jendral tentara di China Utara. Karena tidak adanya penunjukkan langsung oleh mendiang Yuan, membuat jendral saling berperang satu sama lain sehingga disebut sebbagai masa warlord (Perang Jendral).