Lihat ke Halaman Asli

Zainab Tahir

Prefers her self as Marine Heritage Analyst

Meratapi Kepingan Sejarah yang Rusak

Diperbarui: 3 Juli 2021   20:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelarik, Natuna (Foto oleh Abilawa S)

Pada kedalaman tigabelas meter di dasar Laut Natuna Utara, saya menyaksikan tumpukan keramik kuno yang kira-kira berumur 800an tahun, hancur berkeping-keping seperti habis terkena bom. Sesaat saya kehilangan keseimbangan. Kalau saja tidak diingatkan bahwa berteriak bisa membuat air laut masuk ke mulut, sepertinya itu akan saya lakukan. 

Saya menekan mouthpiece kuat-kuat menatap nanar gunungan artefak sambil meraih satu keping yang sudah tidak berbentuk. Masker saya tiba-tiba berembun. 

Jangan tanya seperti apa rasanya meneteskan air mata di bawah laut, karena saya juga bingung membedakannya, keduanya asin bukan? Peristiwa itu terjadi tiga tahun yang lalu, ketika saya dan tim melakukan survei muatan kapal bersejarah yang tenggelam di perairan Natuna.   

Natuna adalah koridor tua maritim nusantara. Jaringan pulau di Laut Cina Selatan yang menjadi gerbang masuk ke Selat Malaka, Sumatera dan Jawa ratusan tahun yang lalu, demikian Sonny C. Wibisono meyakininya. 

Jadi, poros maritim sebenarnya bukanlah hal baru buat negera kita ini, karena dari dulu, kita adalah poros maritim, kitanya saja yang kurang menyadari itu. Buktinya kalau Natuna koridor maritim, ada!

Tim Peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional menemukan banyak keramik kuno dari Cina sepanjang Pesisir Natuna. Barang impor berada di satu pulau kecil tentunya ada yang membawa, bukan?. Dan ketika itu ditemukan dalam jumlah yang banyak, itu bisa jadi barang dagangan yang menuju satu pasar tertentu. 

Pakar keramik, Naniek Harkantiningsih bahkan menyimpulkan bahwa peran Natuna sebagai perlintasan maritim berkelangsungan dari abad 9 -- 20 masehi. Sejarah yang panjang untuk sebuah pulau kecil. 

Nah, tidak heran pula kalau Natuna juga menjadi lahan empuk para pemburu keramik antik, yang rela menyusuri pantai sambil menusukkan logam ke tanah mencari denting keramik untuk dilungsur ke penadah.   

Lalu bagaimana dengan di dasar laut Natuna?. Tidak kurang dari dua puluh titik, kata salah satu tokoh masyarakat di sana. Yah, walaupun baru tiga yang saya selami, Kelarik, Semapi dan Karang Panjang.

Jangan membayangkan kerangka kapalnya keren seperti Titanic ya, karena itu akan membuat kecele penselam, rerata semuanya sudah tersebar rata menyatu dengan permukaan dasar laut. 

Sebaran muatan dan sisa kerangkanya yang menyatu dengan terumbu karang dan sedimen dasar lautlah yang mengabarkan bahwa di lokasi itulah satu peristiwa naas terjadi, dimana perjalanan panjang yang ditempuh melintas bangsa dalam jarak ribuan mil tidak pernah sampai pada tujuannya.   

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline