Lihat ke Halaman Asli

Peran Bidan dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kematian ibu hingga saat ini masih menjadi masalah utama dalam di bidang Kesehatan Ibu dan Anak. Hal ini perlu mendapat perhatian karena bayi yang ditinggal mati oleh ibunya, dibandingkan dengan bayi yang masih memiliki kedua orangtua, memiliki kemungkinan 3-10 kali lebih besar untuk meninggal dunia dalam waktu dua tahun setelah kematian ibunya. jadi, perlu dilakukan program kesehatan yang dapat menurunkan faktor risiko kematian ibu, terutama ketika melahirkan.

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 menunjukan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah ini menurun pada tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Namun, angka ini masih tinggi jika dibandingkan dengan AKIdi negara tetanggadi Asia Tenggara. Angka ini 20-30 kali besar dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura. Tingginya AKI di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa hal yang lebih dikenal dengan istilah 4 terlalu dan 3 terlambat, yakni terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan , terlalu banyak, terlambat dalam mencapai fasilitas kesehatan, terlambat mendapatkan pertolongan, serta terlambat mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan. Secara berturut-turut, penyebab kematianibu adalah pendarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), Komplikasi massa nifas (8%), emboli (5%), abortus (5%), trauma obstetrik (5%), persalinan macet/partus lama (5%), dan penyebab lain (11%).

Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa. Oleh sebab itu, melalui pembuatan berbagai program kesehatan, pemerintah berupaya keras menurunkan angka kematian ibu dan bayi, contohnya adalah dengan upaya Gerakan Sayang Ibu (GSI), Safe Motherhood, dan penempatan berbagai bidan di berbagai desa.

Pelaksanaan berbagai program kesehatan tersebut sangat membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten agar dapat mencapai tujuannya, terutama bidan. Bidan berperan penting sebagai ujung tombak atau orang yang berada di garis terdepan karena merupakan tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan wanita sebagai sasaran program. Oleh sebab itu, bidan perlu senantiasa meningkatkan kompetensinya, salah satunya dengan meningkatkan pemahaman asuhan kebidanan mulai dari wanita hamil hingga nifas serta asuhan kebidanan untuk kesehatan bayi.

sumber :

Anita Lockhart RN. MSN, Dr. Lyndon Saputra. Asuhan kebidanan kehamilan fisiologis dan patologis. Binarupa Aksara publisher. 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline