Lihat ke Halaman Asli

Mario Teguh: "Sebuah Kutukan"

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sesungguhnya, segala sesuatu (masalah) yang berlangsung dibumi,..hakekatnya adalah pencarian keseimbangan,..tanah longsor,..banjir,..keluarnya gajah ke kampung,.demikian juga dengan seorang suami yang tega meninggalkan istri….semua karena pergeseran arah keseimbangan

Pagi ini menunggu keponakan bangun untuk sahur,..saya menyaksikan motifasi Mario Teguh, di Metro TV.

Saya jadi ingat nasib naas dari bu Ingrid (istri pertama),yang juga ibu kost bung Karno,.janda yang mengikuti bahkan menyokong kehidupan beliau ketika masih miskin, dan belum mampu menopang kehidupan rumah tangganya. Namun ketika karier beliau menanjak siapa yang menjadi fist lady??...miris sekali..tapi itulah dunia

Seorang peserta bertanya kepada beliau, begini :

Sebagaimana diketahui, disamping keberhasilan seorang “pria” pasti ada seorang wanita tangguh disampingnya,..tapi setelah pria tersebut mencapai puncak karier, mudah sekali bagi seorang pria meninggalkan pendampingnnya…bagaimana ini?

Jawaban mister Mario Teguh adalah seperti ini :

1.Saya mengutuk laki-laki tersebut.

2.Wanita lupa bahwa laki-laki diluar rumah “selalu” meng-up grade dirinya,..dengan segala fasilitas yang diberikan perusahan,…mereka lupa kalau sang suami pasti bertemu dengan wanita cantik, segar, dan berwawasan matang,..maka jika wanita stagnan dia akan tertinggal,..akhirnya.. lagi-lagi laki-laki mencari keseimbangan,..

Salut buat mister Mario,..tapi alangkah baiknya ketika mister “mengutuk” laki-laki,..sekalian memberikan solusi,.(bukan kritikan,…sekedar usulan).

Menurut saya meng-up grade wanita bukan “hanya” tugas wanita itu sendiri,..bukankah laki-laki itu pemimpin?,.dan istri (wanita) adalah bagian dari yang dipimpin?..jadi hitam atau putihnya barisan tergantung pada komandannya? Atau direkturnya? Atau presidenya?..meskipun pada titik akhir kemajuan seseorang tergantung pada tingkat “ kemauan, kemampuan dan survival” dari individu itu sendiri.

Laki-laki sering lupa, menginginkan seorang istri yang ter-up grade, tapi tidak memberikan kesempatan dan waktu bagi istri untuk berkembang,..

Bagaimana mau maju kalau tidak ada kesempatan membaca buku, dan bergaul,…apalagi bagi mereka yang punya banyak anak dan tidak ada pembantu maka…hufft… full 70% waktu untuk masak, macak, dan manak,..tapi bukankah semua itu Ibadah juga??...

So,…..Gimana dong??

..Saya jadi ingat kata-kata Habibie,..ilmu itu mesti di “curi”

Mencuri ilmu itu nggak mesti jauh-jauh kok,..bisa dengan menonton Pak Mario di Metro,..atau mengikuti kajian-kajian,..atau kalau suami kita sedang diklat,..pelatihan, atau peningkatan karier apapun,..jangan lupa,..ketika pulang sambut dengan senyum,..dan dalam sejuta kerinduan tanyakan,..hal-hal baru,..hal-hal berkesan yang dia dapatkan selama di sana,..nach secara tidak langsung kita mendapat transfer ilmu dari suami…

Namun bagaimanapun yang namanya “transfer” tidak akan berlansung indah dan menarik jika tak ada keinginan dan persiapan dari keduanya,..jadi sebaiknya para suami,.ketika mendapat up grade apapun bentuknya..baik berupa pemikiran, pencerahan dari alam, maupun berita-berita terkini terbaru, baik dari TV, Koran atau apapun,..jangan ragu-ragu membicarakannya dengan istri…karena istri adalah penyangga anda…lagipula itu menambah keharmonisan bukan?

Saya ingat teman saya yang sangat mengagumi kakaknya yang tinggal di Amerika,..kakaknya lulusan S2 IPB dan bekerja di freeport. Lalu saya bertanya tentang wanita beruntung yang disunting sang kakak,..hmm diluar dugaan istrinya adalah lulusan sekolah kepandaian keputrian, itupun bukan negri..jadi untuk pengetahuan bahasa pada awal-awal mereka harus hijrah,.. pastilah bisa dibayangkan.

Kemudian saya tanyakan,..apa tidak ada kesenjangan pada kehidupan mereka ,dengan basic pendidikan yang njomplang seperti itu?..beda jika mereka menikah sama-sama SMA..kemudian sang suami menggunakan kesempatan untuk menambah jenjang pendidikan.

Ternyata apa yang saya tanyakan juga pernah menggelitik hati teman saya,..dan pernah ditanyakan pada sang kakak.

Apa jawabnya?....sedari awal dia sudah sadar semua resiko itu,..jadi ketika dia memutuskan untuk menikah,..maka dia yakin mampu mendidik sang istri,..dan dia ambil resiko itu . Bukan main-main karena setelah menikah sang istri langsung di boyong ke Amrik.

Saya semakin tertarik,..trus bagaimana cara masmu mendidik istrinya??,…ternyata simple saja Sang kakak meminta istrinya selalu menghandel urusan-urusan yang berhubungan dengan dunia luar, mulai dari mengurus visa,..mengurus sekolah anak..dan mampu menghendarai mobil adalah menu “wajib’…Mempersilahkan istri mengikuti les atau apapun bentuk up grade yang diinginkan. Dan mereka adem ayem tuh sampai sekarang.

Intinya ” bergaul, kepercayaan, dan kesempatan” adalah sesuatu yang harus diberikan suami untuk menghindari kutukan Mario Teguh

Mungkin mister Mario Teguh mau memberikan ulasan tentang bergaul,..kepercayaan dan kesempatan untuk membuka mata para suami??

Bagaimana para suami??....Sudah siapkah menghindari kutukan mister Mario Teguh??.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline