Lihat ke Halaman Asli

Zaim DzakySan

Wartawan, Guru

Perbandingan Filsafat Sosial Plato dengan Agustinus

Diperbarui: 8 September 2023   20:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

FILSAFAT SOSIAL PLATO
Filsafat Plato intinya mempelajari tentang Idea. Idea muncul tergantung pada pandangan orang-orang dari pola pikirnya (Pemikirannya sudah ada dari dulu dan merupakan realita).

Menurutnya, pengetahuan yang dicapai dari berpikir lebih besar nilainya dari pada pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman.

Idea itu hanya sebatas pikiran yang tak mempunyai bentuk dan berasal dari ingatan. Lalu, ia membuat bahwa Idea tertinggi itu kebaikan dan yang kedua merupakan Idea keindahan. Dua hal itu harus dilakukan dengan adil dalam kehidupan. Tidak boleh ada yang bertentangan.

Ia berpendapat, seseorang yang menerapkan Idea dihidupnya pasti tidak akan melakukan kejahatan, karena pikiran seseorang harus diisi dengan *Budi* dan keadilan.

Untuk mencapai keadilan dalam kehidupan khususnya dalam kehidupan negara, Plato menerapkan 3 golongan yaitu golongan rakyat jelata, urusan negara, dan pemerintah/filosof.

Pertama golongan rakyat jelata. Rakyat jelata harus memiliki hak milik dan hak berumah tangga karena mereka merupakan tonggak dasar pergerakan ekonomi negara.

Kedua golongan urusan negara. Golongan ini harus memiliki hak perorangan, hak keluarga, dan hak memiliki wanita (Sudah diatur oleh negara), karena mereka berfungsi untuk mempertahankan negara dan menjalankan peraturan yang ada di dalam negara.

Ketiga golongan pemerintah/filosof. Golongan ini berfungsi untuk menyusun peraturan di dalam negara karena pendidikan mereka sudah berada di tingkat tertinggi, serta mereka memiliki *budi* yang "sempurna".

FILSAFAT SOSIAL AGUSTINUS
Agustinus menekankan dalam kehidupan sosial harus mempunyai etika yang berkehendak bebas dan mempunyai anugerah Allah. Menurutnya, Allah mengetahui semua keinginan dan pikiran manusia saat ingin bertindak karena manusia berkehendak bebas. Allah yang berkuasa tetap memperbolehkan manusia untuk berkehendak diluar takdirnya.

Menurutnya ada dua kehendak di dunia, yaitu kehendak bebas manusia dan kehendak bebas Allah. Perbedaannya itu, kehendak manusia sering digunakan dengan cara yang salah seperti mengucap kata kotor atau memfitnah.

Ia berpendapat, Allah yang merupakan sang pencipta menciptakan semua dengan baik. Menurutnya hal-hal yang jahat bukan diciptakan Allah. Yang jahat ada dalam keinginan manusia yang memiliki *budi*. Seseorang lepas dari hal jahat hanya dari anugerah Allah. Karena Allah ada di dalam diri manusia. Allah yang memberi kesadaran kepada manusia mengenai perbuatan yang akan dilakukannya tentang harus berbuat baik dan tidak berbuat jahat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline