Lihat ke Halaman Asli

“Peran Pesantren dalam Menerapkan Kedisiplinan sebagai Bekal Para Pengubah Bangsa”

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya adalah seorang santri di sebuah Pesantren, pendidikan di pesantren yang saya rasakan mungkin hampir mirip dengan pendidikan di militer, yaitu sangat menekankan kedisiplinan siapapun yang tinggal menetap di dalamnya. Setiap pagi lonceng manual dengan cara mengetok-ngetokkan pintu dengan sendok yang dibunyikan langsung oleh pengasuh pesantren menjadi pembangun bagi kami yang sedang pulas tertidur, sebagian dari kami ada yang patuh kemudian bangun untuk melaksanakan tahajjud, tak jarang juga yang beralasan “masih ngantuk” meneruskan tidurnya dan tak memperdulikan bisingnya alarm manual yang berbunyi. Lonceng itu rutin berbunyi setiap pukul 03.30 pagi. Sikap disiplin yang diterapkan seperti ini jika terbiasa diterapkan terus-menerus maka akan menjadi sebuah kebiasaan baik dalam kehidupan. Tak hanya itu, sikap disiplin lainnya juga selalu diterapkan pada kami yang terbilang “ABG atau menuju dewasa”. Aturan itu diantaranya adalah larangan memakai celana pensil atau jeans, larangan untuk boncengan dengan lawan jenis, larangan bertemu hanya berdua dengan lawan jenis dan masih banyak yang lainnya yang wajib ditaati oleh semua penghuni pesantren ini, jika melanggar maka “pengadilan” pesantren yang akan bertindak menangani siapa saja yang melanggar, lalu diberi takziran atau hukuman yang bersifat membuat jera si pelanggar, saya adalah yang termasuk pernah merasakan hukuman itu. Pendidikan formal di pesantren ini menjadi pilihan bagi para orang tua yang khawatir melepas anaknya sendiri berada di perantauan (untuk kuliah) tanpa pengawasan dari orang tua secara langsung, jika di pesantren maka pengasuh pesantrenlah yang berperan sebagai orang tua kedua bagi kami yang jauh dari orang tua.

Dari berbagai yang diajarakn di pesantren ini mungkin pesantren lebih dominan menjadi pilihan karena penerapan moral dan akhlaknya sangat ditekankan. Keadaan Negara Indonesia yang saat ini sangat kacau, diantaranya adalah kasus korupsi/suap dimana-mana, yang hampir di semua lembaga ditemukan kasus korupsi menuntut kita untuk berpikir kritis memecahkan masalah yang terjadi dewasa ini. Ada sebuah wacana pro dan kontra tentang hukum pidana mati untuk para koruptor. Mungkin dari pendidikan pesantren ini bisa menjadi alternatif pilihan dalam usaha mengurangi korupsi di Indonesia. Jika seseorang dari kecil sudah “nyantri” maka ilmu yang ia kuasai banyak, ia tahu mengenai perbuatan yang dosa dan dilarang agama, serta hukuman apa yang akan ia dapatkan dari sang pencipta jika ia melakukan kesalahan itu. Dari hal itu mungkin akan melahirkan seorang pemuda yang sudah tahu aturan untuk mengemban amanat Negara. Salah satu pemimpin Indonesia yang berasal dari kalangan telah membuktikan bahwa santri juga dapat berperan dalam melaksanakan tugas Negara, yaitu Gus Dur. Mantan calon presiden RI itu adalah salah satu contoh seseorang yang berasal dari pesantren yang sampai saat ini dirindukan sosok yang seperti beliau lagi. Hal itu membuktikan bahwa pesantren telah ikut berperan dalam memajukan mutu para generasi pengubah bangsa. Semoga kami yang termasuk di dalamnya juga mampu berperan memberikan segenap kemampuan kami dalam memajukan Indonesia, terutama menumpas masalah korupsi yang marak terjadi saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline