Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Kalimat Pengandaian Habib Rizieq Diperkarakan?

Diperbarui: 29 Desember 2016   18:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Senin siang, 26 Desember 2016 Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) mendatangi Polda Metro Jaya guna melaporkan ceramah Habib Rizieq Shihab di Pondok Kelapa pada 25 Desember 2016 yang membahas tentang ucapan Natal. Dalam laporannya, PMKRI menyertakan soft copy video berdurasi 21 detik isi ceramah tersebut. Habib Rizieq dilaporkan telah melanggar pasal 156 a KUHP tentang penistaan agama.

Berikut isi ceramahnya :

“…kalau dia ngucapin Habib Rizieq Selamat Natal. Artinya apa. Selamat hari lahir Yesus Kristus sebagai anak Tuhan. Saya Jawab, lam yalid walam yulad. Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Kalau Tuhan beranak bidannya siapa`…? “

Menurut ketua Presidium PP PMKRI Angelo Weka Kako Habib Rizieq mengucapkan kalau Tuhan beranak bidannya siapa? “ . DIsitu kita temukan banyak gelak tawa dari jemaat terhadap apa yang disampaikan habib Rizieq. Dia mengaku terhina dan tersakiti dengan ucapan tersebut.

Kalau Tuhan beranak bidannya siapa ?

Kalimat pengandaian Habib Rizieq inilah yang sekarang sedang diperkarakan. Kalimat pengandaian menunjukkan suatu persyaratan. Biasa di ekspresikan dengan menggunakan ungkapan : maka, kalau, apabila, jika, seandainya, andaikan, bila.

Dalam konteksnya, kalimat pengandaian dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengandaian yang belum terjadi dan akan dilakukan. Dan pengandaian yang tidak mungkin dilakukan alias mustahil.

Contoh kalimat pengandaian yang belum terjadi dan akan dilakukan, “ kalau dia ngucapin Habib Rizieq Selamat Natal saya jawab LAMYALID WALAM YULAD. Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan”. Contoh kalimat pengandaian yang tidak mungkin dilakukan” Kalau Tuhan beranak bidannya siapa ?”

Sebagaimana diketahui, Habib rizieq Shihab merupakan seorang ulama. Menurut KBBI, Ulama berarti orang yang ahli dalam agama Islam. Sebagai ulama, Habib Rizieq wajib menyampaikan kebenaran yang diyakininya ada didalam surat al-ikhlas , salah satunya kalimat Tuhan tidak beranak dan tidak  pula diperanakkan. Agar mudah dipahami oleh jamaahnya beliau menggunakan kalimat pengandaian yang tidak mungkin dilakukkan yakni "Kalau Tuhan beranak siapa bidannya ?"  Penghinaankah kalimat pengandaian ini ?

Profesor Muhammad Quraish Shihab pun ketika menjelaskan LAMYALID WALAM YULAD {Tuhan tidak beranak dan tidak pula diperanakkan } menggunakan kalimat pengandaian. Berikut petikannya yang disalin dari ceramah beliau di Metro TV.

“… ini, ini, ini membantah kaum musyrik yang berkata malaikat-malaikat itu anak-anaknya Tuhan, iyakan? Lam yalid, membantah orang  Yahudi yang berkata Ujairu minallah, membantah orang Nasrani, membantah segala sesuatu yang menduga bahwa Tuhan punya anak, baik anak kandung maupun anak angkat. Iyakan ? LAMYALID , kenapa? Kalau dia punya anak  berarti dia butuh. Iyakan ? Nggak perlu punya anak, orang punya anak itu harapannya kalau saya tua dia  bantu saya. Iyakan ?  Kalau dia punya anak pasti ada yang sama dengan dia. Padahal lamyalid walam yulad walam yakul lahu kufuan ahad…”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline