Lihat ke Halaman Asli

BBM Naik, Jokowi Bukan "Sebuah Harapan Baru"

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14151824431272523930

[caption id="attachment_372267" align="alignnone" width="567" caption="           Foto Presiden Jokowi disampul Majalah TIME"][/caption]

Rencana pemerintah menaikkan harga BBM mulai mendapat penolakan dari berbagai kalangan masyarakat. Mereka yang menolak rencana pemerintah tersebut memiliki berbagai macam alasan yang berujung pada satu titik yakni " Akan Menambah Kesulitan Masyarakat". Pasalnya harga kebutuhan pokok dan ongkos transportasi dipastikan melambung.

Meskipun pemerintah berencana memberi kompensasi yang diistilahkan Metro TV " Bantal Sosial Pengganti Subsidi" dalam program bincang pagi, Senin,(3/11/2014) dampak dari kenaikan harga BBM namun sang Narasumber Ketua DPP Partai Demokrat Ikhsan Mojo meragukan persiapan JokowiJK untuk menaikkan harga BBM dalam waktu dekat. Pasalnya, kenaikan harga BBM atau pengalihan subsidi akan berdampak kepada kompensasi sosial yang harus dibayarkan. Baca: Politikus Demokrat Ragukan Persiapan Jokowi-JK Naikkan Harga BBM"

Harga BBM naik ketika masih banyak masyarakat miskin, pantaskah Presiden Jokowi disebut sebuah Harapan Baru?

69 tahun sudah merdeka, 6 kali berganti Presiden catatan Kementrian ESDM semuanya pernah menaikkan harga BBM, namun Presiden ke-7 Jokowi belum mampu membuat terobosan baru yang membuat sosoknya tampil beda dengan Presiden sebelum-sebelumnya bak ratu adil yang didongengkan oleh Joyoboyo.

Tengoklah, dengarkanlah keluhan masyarakat miskin dengan rencana pemerintah menaikkan harga BBM. Ketakutan melanda mereka karena sewaktu-waktu bisa menjadi ancaman serius bagi perekonomiannya. Ajukan pertanyaan pada mereka, pilih naik BBM atau kompensasi dari BBM naik? Maaf, saya tak bisa menjawab karena hak merekalah untuk menjawabnya.

Menurut Fadli Zon ( Wakil Ketua DPR-RI) dilansir dari situs resmi DPR.  Kenaikkan harga BBM tidak mendesak. Ia mengatakan logikanya kenaikan harga BBM belum mendesak untuk dilakukan. APBN telah mematok harga BBM 105 USD per barel. “Apa dasarnya untuk menaikkan kalau asumsinya masih di bawah APBN. Kecuali harga minyak dunia sudah mencapai 140 USD per barel. Nah, ini baru kita mengalami satu defisit yang besar,”

Lanjut Fadli Zon,  masih banyak cara untuk tidak menaikkan BBM, misalnya dengan mengoptimalkan energi alternatif seperti bio etanol, bio fuel. Belum lagi pembenahan distribusi migas yang masih banyak kebocoran. Sektor migas,  memang masih menyisakan banyak masalah. Ia mencontohkan, banyak perusahaan tambang yang sudah memegang izin tapi tidak melakukan eksplorasi, sehingga alih teknologinya rendah.

Padahal kalau ditengok kebelakang Jokowi terpilih menjadi Presiden karena masyarakat menilai sosok Jokowi yang sering blusukan, sederhana, berwajah lugu dianggap mampu membawa perubahan kearah yang lebih baik.

Pelantikannya pun disambut dengan pesta rakyat besar-besaran yang menghabiskan biaya 1 milyar rupiah. Banyak pihak yang mengapresiasi pesta rakyat tersebut.Tak sedikit pula media asing yang memberitakannya, sampai-sampai Majalah Time memuat foto Jokowi sebagai sampul. Pada bagian kiri tertulis A New Hope ( Sebuah Harapan Baru). Presiden Jokowi boleh dikatakan berbeda dengan pelantikan Presiden sebelum-sebelumnya. Masyarakat menganggap beliau adalah " Sebuah Harapan Baru ".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline