Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang signifikan di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus, yang
tersebar luas di berbagai wilayah di Indonesia, terutama di daerah perkotaan dan
perkampungan dengan kondisi lingkungan yang memungkinkan berkembangnya
populasi nyamuk. Kejadian DBD di Indonesia tidak hanya memberikan dampak
buruk secara klinis bagi individu yang terinfeksi, tetapi juga menimbulkan beban
kesehatan yang signifikan bagi masyarakat. Setiap tahunnya, ribuan kasus DBD
dilaporkan di Indonesia, dengan angka kematian yang tidak dapat diabaikan,
terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak
Kepadatan penduduk sangat berpengaruh pada kejadian kasus DBD,
semakin padat penduduk semakin tinggi kasus DBD di kota tersebut. Hal ini
berkaitan dengan penyediaan infrastruktur yang kurang memadai seperti penyediaan
sarana air bersih dan sarana pembuangan sampah sehingga terkumpul barang-
barang bekas yang dapat menampung air dan menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes sp, vektor penular DBD. Mobilitas masyarakat juga merupakan
faktor risiko perpindahan virus DBD pada individu dari satu kota ke kota lain yang
memengaruhi penyebaran penyakit DBD.
Selain itu, adanya kebiasaan masyarakat menampung air untuk keperluan
sehari-hari seperti menampung air hujan, menampung air sumur atau membeli air di
penjual air sehingga bak mandi atau drum/tempayan jarang dikuras berpotensi
sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk. Ada pula kebiasaan masyarakat
menyimpan barang-barang bekas tetapi kurang rajin memeriksa lingkungan
terhadap adanya air yang tertampung di dalam tempat penampungan air (TPA) serta
kurang melaksanakan kebersihan lingkungan. Akibatnya, anjuran 3M Plus
(Menguras, Menutup, dan Mengubur Plus menaburkan larvasida, memelihara ikan
pemakan jentik, serta pemakaian insektisida rumah tangga) untuk mencegah DBD
belum terlaksana secara efektif.
Oleh karena itu peran jumantik penting dalam sistem kewaspadaan dini
mewabahnya DBD karena berfungsi untuk memantau keberadaan dan menghambat
perkembangan awal vektor penular DBD. Keaktifan kader jumantik dalam
memantau lingkungannya diharapkan dapat menurunkan angka kasus DBD. Maka
dari itu, diperlukan upaya peningkatan keaktifan jumantik melalui motivasi yang
dilakukan oleh dinas kesehatan. Kader jumantik merupakan kelompok kerja
kegiatan pemberantasan penyakit DBD di tingkat desa dalam wadah LKMD.
Menurut pandangan masyarakat, jumantik merupakan salah satu pemberdayaan atau
keterlibatan masyarakat dalam pengendalian kesehatan, yaitu petugas khusus yang
berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk
melakukan pemantauan jentik nyamuk DBD Aedes aegypti di wilayahnya serta
melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan berkesinambungan.
Pada praktiknya di masyarakat, jumantik mendapatkan pelatihan khusus
jumantik dan tinggal di dekat wilayah pantau jentik nyamuk DBD. Pemantauan
dilakukan satu kali dalam seminggu. Jika ditemukan jentik nyamuk maka petugas
berhak memberi peringatan kepada penghuni/pemilik rumah untuk membersihkan
atau menguras tempat penampungan air agar bersih dari jentik. Selanjutnya,
jumantik menulis catatan dan laporan yang diperlukan untuk dilaporkan ke
kelurahan dan kemudian dari kelurahan dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal.
Menurut pandangan saya, saat ini peran jumantik sangat dibutuhkan untuk sistem kewaspadaan dini DBD karena berfungsi untuk memantau keberadaan serta
menghambat perkembangan awal dari vektor penular DBD. Keaktifan kader
jumantik dalam memantau lingkungannya merupakan langkah penting untuk
mencegah meningkatnya angka kasus DBD. Oleh karena itu, diperlukan upaya
peningkatan keaktifan jumantik melalui motivasi yang diberikan oleh dinas
kesehatan setempat.
KATA KUNCI: DBD, Jumantik, Masyarakat,Memantau
DAFTAR PUSTAKA
Mulya Rahma Karyanti, S. R. H., 2009. Perubahan Epidemiologi Demam Berdarah.
SARI PEDIATRI, XI(6), p. 430.
Pratamawati, D. A., 2012. Peran Juru Pantau Jentik dalam Sistem Kewaspadaan
Dini. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasiona, VI(6), pp. 243-245.
Tansil, M. G., Rampengan, N. H. & Wilar, R., 2021. Faktor Risiko Terjadinya
Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Jurnal Biomedik., XIII(1), pp.
90- 91.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H