Bumi manusia adalah sebuah film yang diadaptasi dari novel karya sastrawan Pramoedya Ananta Toer. Novel tersebut menceritakan mengenai kehidupan seorang pemuda pribumi bernama Minke saat zaman penjajahan Belanda. Pramoedya menuliskan karya sastra ini saat ia diasingkan di Pulau Buru bersama dengan ribuan tahanan politik lain karena disebut sebagai komunis.
Setelah sekian lama, novel yang sempat dilarang oleh pemerintahan Orde Baru tersebut diadaptasi oleh studio Felcon Pictures, dengan durasi film selama 3 jam. Film yang sudah rilis pada tanggal 15 Agustus 2019 lalu, diperankan oleh para bintang seperti Iqbaal Ramadhan, Mawar Eva de Jongh, Sha Ine Febriyanti, Jerome Kurnia, sampai Bryan Domani.
Film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo dengan penulis naskah Salman Aristo ini bercerita tentang kisah cinta Minke dan Annelies serta pemberontakan era kolonialisme di Indonesia. Minke, seorang pemuda pribumi dengan semangat intelektual yang tinggi, jatuh cinta kepada Annalies, seorang perempuan keturunan Indonesia-Belanda. Keduanya menjalin kisah cinta terlarang yang terjalin di tengah ketegangan antara pribumi dan penjajah Belanda. Sementara itu, pengaruh sistem kasta sosial di Hindia Belanda juga mempengaruhi perjalanan hidup Minke dan orang-orang disekitarnya.
Film Bumi Manusia memiliki nilai Sejarah yang sangat kuat, karena film ini berlatar belakang pada masa pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia. Kolonialisme, sistem kasta sosial, dan perjuangan identitas bangsa menjadi tema utama di film ini. Dalam sejarah Indonesia, film ini mencerminkan perlawanan terhadap penindasan kolonial, dan menyoroti pertentangan kelas sosial, serta identitas budaya yang kompleks.
Selain itu, film ini juga mampu menggambarkan kompleksitas kemanusiaan melalui karakter-karakter utama nya. Minke sebagai tokoh utama, menghadapi konflik internal antara keinginan pribadi dan tanggung jawab sosialnya sebagai pemimpin intelektual dalam gerakan nasionalis. Annalies mencerminkan perjuangan mencari akar budaya nya di antara dua dunia yang berbeda. Sementara itu, karakter Nyai Ontosoroh, menunjukkan perjuangan keras untuk mengubah nasib nya sebagai wanita pribumi dalam masyarakat patriarkis.
Film Bumi Manusia mengangkat banyak pesan sosial. Pertama, tentang pentingnya memahami sejarah dan identitas budaya. Kedua, menyoroti perlunya persatuan dan kerja sama dalam menghadapi ketidakadilan dan penindasan. Ketiga, kompleksitas hubungan antarbudaya dan pentingnya menghargai perbedaan.
Bumi Manusia tidak hanya sekedar sebuah film, melainkan karya seni yang mampu mengangkat isu sosial dan kemanusiaan yang kompleks. Dengan latar belakang sejarah yang kuat, film ini mengajak untuk merenung tentang perjuangan, identitas dan kompleksitas dalam masyarakat. Melalui alurnya, film ini mengingatkan akan pentingnya memahami sejarah, menghormati perbedaan, dan berjuang untuk keadilan serta persatuan.
KELEBIHAN
Film ini berhasil menyampaikan pesan tentang perjuangan, cinta, dan ketidakadilan dengan sangat baik. Film ini juga berhasil mengangkat kembali sejarah mengenai perjuangan bangsa Indonesia saat melawan penjajahan. Penggambaran kehidupan kolonial Belanda, terutama batavia sangat detail dan menyakinkan. Kostum, Tata rias, yang sangat baik membuat penonton seolah olah ikut terbawa ke masa lalu.
KEKURANGAN
Beberapa dialog di dalam film ini terasa kaku dan kurang natural, terutama ketika sedang menyampaikan pesan yang berat. Dengan durasi 3 jam, mungkin beberapa penonton merasa film ini terlalu panjang dan membosankan di beberapa bagian.