Setiap akhir pekan atau weekend, Raka dan Cellia selalu menyisihkan waktu untuk bersama. Walaupun hanya sekedar saling mengobrol lewat telepon atau panggilan video. Rutinitas kerja mereka dari Senin hingga Jumat membuat mereka sepakat bahwa waktu pacaran hanya boleh dilakukan di akhir pekan. Terkadang bila cuaca mendukung, mereka akan keluar untuk menghabiskan waktu berduaan dengan mengelilingi kota atau duduk berduaan mengobrol di taman sambil saling bercerita satu sama lain, hal yang mereka lalui selama seminggu, baik itu cerita sedih, senang ataupun cerita lucu. Bukan tanpa alasan mereka memutuskan hanya akan menghabiskan waktu berdua sebatas di weekend saja. Mereka cukup dewasa untuk gaya pacaran yang berumur 25 tahun. Karena sudah memahami bahwa cinta bisa membuat seseorang lupa waktu, cinta itu buta, tidak jarang membuat orang menjadi bodoh. bahkan rela mengorbankan segala, sehingga mereka sangat menyadari hal tersebut, makanya mengatur jadwal dengan matang agar tetap bisa menikmati momen berdua tanpa mengganggu pekerjaan.
Hari ini tepat hari minggu, dimana menjadi hari yang selalu mereka tunggu-tunggu. Karena sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya, karena itu untuk hari ini mereka ingin melakukan sesuatu yang berbeda, mereka berencana pergi ke pantai. Semua rencana tersebut sudah dipersiapkan secara matang oleh Cellia, mulai dari menyiapkan bekal makanan, bahkan menyisipkan kejutan dalam bentuk minuman yang nantinya harus ditebak oleh Raka. Mungkin istilah yang tepat untuk rencana mereka disebut camping, hanya bedanya mereka tidak membawa tenda, karena tidak berencana untuk menginap di pantai yang jaraknya hanya sekitar 40 menit bila di tempuh menggunakan kendaraan dari rumah mereka masing-masing, karena semua persiapan telah di siapkan oleh Cellia ini membuat Raka tersenyum sendiri, yang ternyata itu semuanya hanya gambaran pikiran yang saat ini terlintas sejenak dalam isi kepalanya, Karena kenyataannya saat ini Raka sedang duduk istirahat setelah lari pagi di taman. Karena dari kejauhan, ia melihat sepasang remaja yang sedang berpacaran---sang perempuan menyuapi pasangannya dengan penuh kasih dan romantis sambil mengobrol dan saling ketawa. Tentu pemandangan itu telah membangkitkan kenangan lama dalam benaknya. Tanpa ia sadari, bahwa kenangan yang barusan dia ingat merupakan kejadian lima tahun yang lalu sejak ia dan Cellia melewati masa-masa indah itu. Dimana hari minggu akan selalu menjadi alarm bahagia, apalagi setelah melewati 5 hari bekerja sebelumnya.
Setelah merasa cukup beristirahat, Raka berpindah dari taman berjalan menuju parkiran untuk mengambil motornya, memakai helm dan bersiap pulang. Namun, dalam perjalanan pulangnya, ia secara tidak sengaja melihat seorang perempuan yang dikenalnya berjalan kaki, dengan sedikit ragu-ragu ia ingin memastikan lagi, sehingga memperlambat laju kendaraannya dan saat mendekati perempuan tersebut, ia melihat perempuan tersebut tersenyum dan menyapanya lebih dulu.
"Hey, Mas," sapa Dinda ceria.
Raka menoleh dan segera membalas, "Eh, Dinda! Hey?" kemudian dia mematikan mesin motornya dengan sedikit rasa kaget ia bertanya " kenapa bisa di sini?". Dinda balas menjawab "Iya mas, tadi baru selesai kerjai tugas kampus"
"Aku ikut nebeng ke depan dong, Mas," pinta Dinda tanpa ragu.
"Oh, tentu. Silakan," jawab Raka singkat.
Tanpa banyak bicara, Dinda segera naik ke belakang motor. Raka mengenal Dinda sebagai teman dekat Cellia. Dulu, saat ia menjemput Cellia ke rumah, sering kali ia menemukan Dinda yang sedang bertamu. Bahkan, tak jarang Raka menitipkan pesan lewat Dinda saat Cellia sulit dihubungi. Apalagi sudah sibuk dengan kerjanya, yang kadang-kadang dia kerjai sampai larut malam. Namun, pertemuan tak terduga ini membawa kembali kenangan-kenangan lama yang telah lama ia pendam dalam-dalam.
Sepanjang perjalanan, Raka berusaha menahan diri untuk tidak bertanya tentang kabar atau kabarnya Cellia. Apalagi sejak kejadian itu mereka berdua tidak saling berkomunikasi lagi, semua berakhir karena kejadian hari ini. tentu hal ini ingin sekali Raka rubah, apabila waktu bisa berputar, tapi namanya kehidupan haruslah terus berjalan ke depan. Tapi, akibat rasa penasaran yang semakin sulit dibendung. Setelah beberapa menit berusaha menekan keinginan itu, akhirnya terucap juga kalimat untuk bertanya.
"Bagaimana kabarnya Cellia?" tanyanya, berusaha terdengar santai.
Dinda tersenyum jahil sebelum menjawab, "aku sudah lama tidak bertemu? Pasti rindu ya?" godanya sambil tertawa kecil.