Tersenyumlah jika perlu. Sebuah kalimat terngiang di telingaku. Kata-kata yang pernah diucapkan oleh perempuan kesayanganku. Ibuku, yang telah lama tiada.
Kata-kata yang diucapkan saat rapuhku. Meski tak semua hal ku ungkapkan kepada ibuku semasa hidupnya. Tetapi, kata orang, seorang ibu akan mampu membaca kata hati buah hatinya. Meski tak pernah diungkapkan kepadanya.
Hingga kini, hanya kalimat itu yang mampu menemaniku. Menguatkan hatiku. Ya, hanya senyum yang bisa dilakukan. Menghadapi hidup yang tak selamanya indah.
Jangan lupakan Dia yang menciptakan kebahagiaan. Dekatkan hati kepada-Nya. Tanpa menunggu harus terpuruk. Tanpa menunggu kamu menangis sedih.
Dia akan dekat denganmu. Jika kamu mengingat-Nya di saat bahagiamu. Biarkan hati terus terisi. Dengan nama-Nya.
Teruntuk engkau wanita terhebatku. Semoga engkau senantiasa diberikan limpahan rahmat-Nya di sana. Menikmati kebahagiaan. Dari kebaikanmu dan kecintaanmu kepada Tuhanmu dan sesamamu. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H