Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mutoharoh

Semua orang adalah guruku

Pentingnya Menerima dan Jujur kepada Anak Berkebutuhan Khusus

Diperbarui: 25 Februari 2022   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setiap orangtua pasti menginginkan untuk memiliki buah hati yang normal, baik secara fisik maupun intelegensi. Jika ditawari maka tak satupun yang akan mau diberikan buah hati yang memiliki kekurangan.

Tetapi di lain sisi, kita tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dengan kehidupannya. Diberi anak yang normal-kah, atau diberikan anak yang mengalami kekurangan.

Akan lebih mudah bagi kita untuk menerima anak yang cantik, ganteng, cerdas, fisik bagus daripada menerima anak yang dengan kondisi sebaliknya. Lalu, apa yang harus dilakukan jika Tuhan memberikan keturunan yang "berkebutuhan khusus"?

1. Terima diri dan anaknya yang berkebutuhan khusus

Menerima anak yang "berkebutuhan khusus" mungkin akan lebih mudah diterima oleh orangtua yang kebetulan seorang pendidik atau tenaga kependidikan di Sekolah Luar Biasa daripada orang secara umum. Tetapi bisa jadi anggota keluarga besar tidak menerima kondisi anak.

Menanamkan untuk menerima diri sendiri (bagi orangtua) bahwa memiliki anak berkebutuhan khusus bukan hal yang mudah. Karena perasaan malu atau bahkan tidak menginginkan anaknya yang berkebutuhan khusus. 

Jika orangtua telah menerima keadaan dirinya sendiri maka akan lebih mudah menerima keadaan anaknya tersebut. Jika belum menerima keadaannya sendiri, maka akan lebih sulit menerima keadaan anaknya tersebut.

2. Jujur Kepada Diri Sendiri dan Anaknya yang Berkebutuhan Khusus

Setelah mampu menerima keadaan diri sendiri dan keberadaan anaknya yang berkebutihan khusus, maka orangtua harus mampu jujur kepada diri sendiri. Jujur bahwa anaknya memiliki kemampuan dan keunikan tersendiri dibenag kekurangannya.

Jujur bahwa anak memiliki kemampuan seperti apa dan apa yang bisa dikembangkan. Usahakan jangan memberikan harapan yang tak mungkin diperoleh anak. 

Misalkan jika memiliki anak berkebutuhan khusus tunagrahita, usahakan orangtua untk mengetahui kemampuan si anak. Jika anak tidak mampu untuk membaca, orangtua jangan memberikan harapan kepada diri sendiri dan kepada si anak bahwa anak akan bisa membaca.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline