Level dua. Sebelumnya masih level 3. Kami masih belajar di rumah. Pembelajaran jarak jauh. Jujur saja, aku dan juga para sahabatku sudah jenuh dengan pola belajar seperti ini.
Malas. Sebenarnya bukan itu alasannya. Tetapi lebih karena belajar tatap muka lebih enak. Akan jauh lebih paham apa yang disampaikan ibu dan bapak guru.
"Yang bisa mengerjakan silakan maju ke depan. Dan kerjakan di papan tulis..", kata pak Yogo.
Kalimat itu benar-benar aku kangeni. Meski dahulu kalimat itu terasa sangat menyebalkan. Karena materi dari pak Yogo memang sulit. Materi Matematika.
Tetapi beliau sangat peduli. Kalau ada yang masih merasa kesulitan, pak Yogo akan mengulang lagi. Hingga kami benar-benar paham. Atau setidaknya kami pura-pura paham.
Di masa pandemi ini tak ada kalimat itu. Yang ada hanyalah materi cara pengerjaan lewat video atau zoom meeting. Dan tentu semua sudah mengalaminya, belajar melalui zoom meeting akan ada banyak kendalanya. Ya paket data habis. Ya sulit signal internet. Ya tidak paham penjelasan guru.
***
Ketika hari ini ku tahu di kabupaten Gunungkidul ini sudah turun level, seperti kabupaten kota di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, tentu saja kami sebagai siswa berharap pembelajaran dilakukan di sekolah.
"Kita tunggu keputusan Dinas Dikpora.. Nanti dari pihak sekolah akan menyampaikan informasinya..", tulis bu Mirna di grup whatsapp. Bu Mirna ini wali kelasku, kelas tujuh SMP.
Memang sebelumnya kami sudah belajar tatap muka terbatas di sekolah. Atau malah bisa dikatakan sangat terbatas. Kami di shift untuk belajar di sekolah. Seminggu satu atau dua kali. Satu kali tatap muka sekitar dua jam.
Dan ketika turun level ini, aku dan pasti juga teman-temanku sangat berharap kami belajar di sekolah bisa lebih dari dua hari. Lebih dari dua jam setiap tatap muka.