Amir mengambil sandal usangnya. Dia segera melepas sepatunya dan memakai sandal usangnya itu. Sandal usang itu dulu dibelikan oleh simboknya yang bekerja sebagai buruh.
Meski sandal itu telah usang, tetapi Amir sangat menjaganya. Memakainya dengan penuh syukur. Tak harus memiliki sandal yang bagus. Yang penting manfaatnya saja.
"Sudah adzan, Mir.. Kamu segera wudhu dan shalat ke masjid ya..", kata simbok mengingatkan Amir.
"Ya, mbok..", kata Amir seraya bergegas untuk wudhu.
"Simbok tidak ke masjid?", tanya Amir setelah selesai berwudhu.
"Simbok lagi batal, le.. Sudah, sana.. segera ke masjid.. Nanti keburu iqamah..", kata simbok.
"Jangan lupa doakan simbok dan almarhum bapak ya, le..", kata simbok lagi.
Amir mengangguk. Kemudian bergegas menuju ke masjid di kampungnya. Tidak jauh. Hanya berjarak beberapa rumah saja.
***
Amir memandang sandal-sandal di rak dekat tempat wudhu di masjid. Sandal-sandal baru yang dipersembahkannya untuk almarhum bapak dan almarhumah simboknya. Sandal untuk masjid itu dipesan lewat temannya yang juragan sandal.
"Pesen sebegitu banyaknya tu untuk apa to, Mir?", tanya Ahmad ketika Amir memesan sandal kepadanya.