Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mutoharoh

Semua orang adalah guruku

Sandal Masjid

Diperbarui: 20 April 2021   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Amir mengambil sandal usangnya. Dia segera melepas sepatunya dan memakai sandal usangnya itu. Sandal usang itu dulu dibelikan oleh simboknya yang bekerja sebagai buruh.

Meski sandal itu telah usang, tetapi Amir sangat menjaganya. Memakainya dengan penuh syukur. Tak harus memiliki sandal yang bagus. Yang penting manfaatnya saja.

"Sudah adzan, Mir.. Kamu segera wudhu dan shalat ke masjid ya..", kata simbok mengingatkan Amir.

"Ya, mbok..", kata Amir seraya bergegas untuk wudhu.

"Simbok tidak ke masjid?", tanya Amir setelah selesai berwudhu.

"Simbok lagi batal, le.. Sudah, sana.. segera ke masjid.. Nanti keburu iqamah..", kata simbok.

"Jangan lupa doakan simbok dan almarhum bapak ya, le..", kata simbok lagi.

Amir mengangguk. Kemudian bergegas menuju ke masjid di kampungnya. Tidak jauh. Hanya berjarak beberapa rumah saja.

***

Amir memandang sandal-sandal di rak dekat tempat wudhu di masjid. Sandal-sandal baru yang dipersembahkannya untuk almarhum bapak dan almarhumah simboknya. Sandal untuk masjid itu dipesan lewat temannya yang juragan sandal.

"Pesen sebegitu banyaknya tu untuk apa to, Mir?", tanya Ahmad ketika Amir memesan sandal kepadanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline