Beberapa waktu yang lalu saya dan kakak saya nekat pergi ke pantai. Pantai baru di kabupaten Gunungkidul. Tentu saja kami tidak lupa dengan protokol kesehatan. Memakai masker dan juga membawa handsanitizer.
Di salah satu sudut hiruk pikuk wisatawan yang tengah menunggu antrean photo di salah satu spot photo, saya melihat seorang laki-laki yang asyik menggergaji sebuah batu. Ya, memang pantai baru itu masih berbenah. Masih dalam tahap penyempurnaan pembangunan.
Di bawah terik matahari, bapak itu menikmati pekerjaannya. Sungguh berat untuk mencari sesuap nasi. Saya yakin bapak itu tangannya bisa lecet-lecet karena menggergaji banyak batu. Karena saya melihat bapak itu melindungi tangannya dengan memasang kertas atau kain pada gergaji.
Bapak itu tidak peduli dengan semua wisatawan yang tengah menikmati indahnya laut dan spot-spot menarik lainnya. Tidak peduli akan diperhatikan dan dianggap sepele oleh wisatawan.
Hingga akhirnya saya bicara pada kakak saya.
"Mesakke banget. Panas-panas nggergaji watu..", kataku saat itu.
Kakakku yang sebelumnya tidak begitu memperhatikan, sejurus kemudian ikut memandang bapak itu dari tempat kami duduk. Bapak itu pasti tidak merasa kami perhatikan.
"Ndah abote ya..", lanjutku.
Kakakku mengiyakan perkataanku.
"Angel gak ya nggergaji watu kaya ngono..", timpal kakakku.