Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mutoharoh

Semua orang adalah guruku

Bangku Usang Sekolahku

Diperbarui: 21 November 2020   05:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nanda duduk di kelas 5 SD. Dia pindahan siswa dari Jakarta. Sekarang sekolah di sebuah sekolah swasta di pinggiran kabupaten Gunungkidul.

Nanda ikut pindah karena ayahnya dipindahtugaskan ke sebuah SMA di Gunungkidul. Kakaknya juga ikut pindah. Namanya Niken.

"Sekolah itu tidak harus di kota, Nda..", kata ibu kepada Nanda.

"Sekolah di mana-mana sama saja, Nda. Pintar atau tidaknya tergantung kamu.. Mau belajar atau tidak.. Tidak sepenuhnya tergantung pada sekolah apa..", kata bapak menyambung.

Ya, Nanda juga tidak mempermasalahkan akan sekolah di mana.

***

"Seperti inilah keadaan sekolah ini pak, bu..", sambut seorang laki-laki seumuran bapaknya. Beliau adalah Kepala Sekolah. Beliau bernama pak Budi.

"Bapak, ibu dan nak Nanda dapat melihat-lihat terlebih dahulu lingkungan sekolah ini. Karena mungkin akan sangat berbeda bila dibanding sekolah di sana, Jakarta..", sambung pak Budi.

Bapak, ibu dan Nanda mengikuti langkah pak Budi untuk melihat-lihat kondisi kelas. Kelas yang sepi karena memang belum diperkenankan tatap muka di masa pandemi ini.

Nanda dan bapak ibu diperlihatkan keadaan sekolah sebagai pertimbangan juga. Tetap bersekolah di sekolah ini atau akan mencari sekolah lainnya.

"Masih seperti ini kelas di sekolah ini..", terang pak Budi lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline