Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mutoharoh

Semua orang adalah guruku

Perjuanganku untuk Bersekolah

Diperbarui: 8 Agustus 2020   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku terlahir dengan keterbatasan. Tunanetra. Dan aku seperti tak diharapkan oleh orangtuaku dan keluargaku.

Kakak-kakakku disekolahkan. Sementara aku tidak. Aku hanya di rumah. Tidak bisa kemana-mana.

Hatiku berontak karena ketidakadilan yang ku dapatkan. Dan itu ku dapatkan dari orangtuaku dan keluargaku sendiri.

***

Ketika usiaku 10 tahun, ada beberapa orang datang ke rumahku. Menemui orangtuaku. Aku curi-curi dengar omongan mereka.

Orang-orang itu mengenalkan diri sebagai guru. Guru SLB dari salah satu kecamatan di Gunungkidul.

"Putrinya kajenge sekolah pak, bu..", kata guru perempuan. Entah siapa namanya.

"Waduh, bu. Anak kula niku wuto. Saget napa..", kata mamakku.

Rasanya mangkel aku dengar jawaban bapakku. Kenapa bapak tidak bertanya lebih dulu kepadaku. Aku kan juga ingin sekolah. Mau di sekolah umum seperti kakakku atau di SLB, sekolahan bapak ibu guru yang datang ke rumahku.

***

Bukan sekali dua kali guru-guru itu datang ke rumahku. Pada kedatangan kali ini, guru-guru itu ingin bertemu denganku. Akhirnya bapak dan mamakku memanggilku. Aku agak senang karena akan bertemu dengan guru-guru itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline