Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mutoharoh

Semua orang adalah guruku

Pendidikan dari Ibu dan Bapak

Diperbarui: 28 Juni 2020   21:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Photo : Koleksi Keluarga

Aku dididik oleh ibu dan bapak dengan disiplin. Bagaimana kerasnya pendirian bapak dalam mendidik. Saat masih masa sekolah dasar, aku dan saudara dibatasi dengan aturan yang ketat.

Kami tidak diperbolehkan menonton televisi. Di rumah ada televisi jadul. Televisi tabung kuno. Di rumah tidak ada televisi yang bagus seperti punya teman-teman. Nah, karena televisi jadul pada akhirnya terbatas yang kami tonton. Ini sungguh-sungguh terjadi.

Kami juga dibatasi untuk mendengarkan radio. Lebih sering radio disembunyikan bapak. Kesemuanya itu hanya demi belajar kami.

Awalnya tentu sangat berat untuk anak seusia kami. Akan tetapi, lama kelamaan kami terbiasa dengan ketiadaan barang-barang elektronik semacam itu. 

Sejak Sekolah Dasar kami diajarkan untuk jujur, termasuk dalam hal belajar di sekolah. Jangan mencontek. Gunakan kemampuan semaksimal mungkin. Jadi ketika ada teman yang mencontek, kami membiasakan diri untuk mengerjakan sendiri. Apapun hasilnya. Entah bagus, entah jelek. Dan itu berkelanjutan hingga di bangku perkuliahan.

Dengan kejujuran, kami dapat bertanggungjawab terhadap perilaku kami. Ketika telah bekerja, maka bekerja dengan jujur dan penuh tanggungjawab. Menyelesaikan tugas pokok dan tugas tambahan dengan jujur dan penuh tanggungjawab.

Sejak SMP kami mulai dibiasakan memakai baju panjang dan berjilbab. Kami memakai seragam panjang dan berjilbab, bertiga dengan salah satu teman kami. Pada waktu itu belum banyak yang memakai jilbab ketika bersekolah. 

Dari sisi keagamaan, kami dididik untuk berpuasa sunah. Kami dibiasakan berpuasa sunah Senin Kamis. Ibu mengatakan jika ingin berhasil maka berpuasalah Senin dan Kamis. InsyaAllah akan dimudahkan. 

Selain itu kami dididik untuk melaksanakan shalat tahajud. Apakah berat? Tentu saja iya. Bagi orang dewasa saja hal tersebut sangat berat, apalagi bagi anak usia sekolah. Awal-awal melaksanakan shalat tahajud, kami merasakan kantuk dan malas yang luar biasa.

Akan tetapi, lama kelamaan dipermudah oleh Allah untuk bangun pagi-pagi buta. Sebelum tidur berniat bangun jam 03.00. Maka Allah akan membangunkan di jam itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline