Lihat ke Halaman Asli

Etnosentrisme yang Berujung Inhumanity (Analisis Film 12 Years a Slave)

Diperbarui: 17 Juni 2022   17:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.npr.org/

"12 Years a Slave (2013)" merupakan film drama periode biografi yang diangkat dari kisah asli yang terjadi pada tahun 1853, tentang penculikan dan perdagangan manusia yang dialami oleh Solomon Northup. 

Solomon adalah orang Afrika-Amerika, seorang seniman -pemain biola- yang hidup di Saratoga Springs, New York bersama keluarganya, seorang istri dan dua orang anak. 

Suatu hari ia ditawari sebuah pekerjaan untuk melakukan pertunjukan keliling oleh dua orang kulit putih, bernama Brown dan Hamilton, dengan tawaran yang menggiurkan itu, Solomon setuju dan ikut bersama dua pria kulit putih itu. 

Awalnya semua berjalan normal, sampai akhirnya Solomon diajak minum-minum oleh Brown dan Hamilton yang ternyata minumannya telah diracuni dan Solomon berakhir dengan menjadi salah satu korban penculikan dan penjualan manusia oleh seorang slave pen bernama Burch. 

Pada awalnya Northup melawan dan memproklamirkan kemerdekaannya sebagai manusia hanya untuk disiksa dengan kejam menggunakan tongkat kayu dan dicambuk dengan sabuk kulit.

Northup dikirim ke New Orleans bersamaan dengan tahanan lainnya, yang juga adalah orang-orang Afrika-Amerika. Saat ditahan Northup diberitahu jika ingin bertahan hidup, dia harus beradaptasi menjadi seorang budak dan tidak mendeklarasikan kemerdekaannya. Northup hanya membalas dengan "I don't want to survive, I want to live"

Northup diberi identitas baru oleh seorang pedagang budak bernama Theophilus Freeman, dia mengganti nama Northup menjadi "Plat", dan meyakinkan bahwa dia adalah budak yang melarikan diri dari Georgia, dan menjual Northup kepada pemilik perkebunan William Ford.

Saat diperbudak di perkebunan Ford, Northup mampu mengambil hati Ford dengan kepintaran-kepintaran dan ide-ide Northup. Tapi tentu itu tidak cukup untuk menjadikan Northup menikmati kemerdekaannya lagi, tapi cukup untuk diberikan sebuah biola oleh Ford. 

Dengan sifat Northup yang tidak seperti seorang "budak" membuatnya harus berhadapan dengan John Tibeats seorang tukang kayu di perkebunan Ford itu. 

Puncak perselisihan mereka membuat mereka terlibat perkelahian fisik. Awalnya Tibeats yang mencoba untuk menghabisi Northup, namun berakhir dengan Northup yang melawan baik dan mampu menghabisi Tibeats sampai tukang kayu itu meminta ampun pada Northup. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline