Lihat ke Halaman Asli

Ceramah Gus Baha

Bismillah, alhamdulillah

Gus Baha: Ketika Wali Ngomel

Diperbarui: 6 Agustus 2023   23:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bismillahirrahmanirrahim

Oleh : L. Soliha


Ulama adalah Warosatul Anbiya atau pewaris para Nabi. Jika dahulu saat Nabi Muhammad SAW hidup kaum muslimin memiliki pengayom yang membina dan mendidik ummat. Maka saat ini peran itu digantikan oleh para Ulama. Ulama memiliki status sebagai pewaris Nabi Muhammad yang menyampaikan ajaran Nabi Muhammad kepada umat Islam. 

Karena itu kedudukan ulama begitu mulia diibaratkan seperti bintang di langit yang menerangi gelapnya malam. Ulama menyalakan cahaya hidayah agar umat Islam tidak berada dalam kegelapan dan ketersesatan hidup. Bagaimana peran ulama dalam menjaga keberlangsungan tauhid dijelaskan oleh KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) Al Hafidz sebagai berikut:

Ulama memiliki prinsip untuk memikirkan umat Nabi Muhammad. Para Ulama hidup tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Mereka berkhidmat mengabdikan hidup mereka untuk Allah dengan membimbing umat Islam dan masyarakat. Ulama memikirkan ummat agar bisa mengerti halal dan haram. Menjaga keberlangsungan umat agar tetap mengesakan dan menyembah Allah.

"Saya setiap baca kisah Nabi Ibrahim itu menangis. Saya itu jarang sholat untuk bertujuan masuk surga tapi saya sholat supaya ada generasi penerus yang bisa menyembah Allah. Maka Nabi Ibrahim sebelum meninggal berdoa Robbi Habli Milladunka dzurriyatan thoyyibatan innaka sami'ud du'a. Ya Allah berikanlah kepadaku dari sisiMu Keturunan yang baik sesungguhnya engkau Maha Mendengar doa. Saya ini pasti mati dan yang saya khawatirkan satu yaitu Gusti, setelah saya tidak ada yang menyembah Engkau tidak ada yang mengajarkan tauhid, mengajarkan halal haram. 

Maka saya minta agar saya punya anak cucu. Jadi Ingin anak cucu supaya ada kelangsungan yang menyembah Allah. Beda dengan kita ingin punya anak cucu sebab siapa yang akan mewarisi harta. 

Jika tidak punya anak siapa yang akan merawat kelak jika sudah tua. Pikiran seperti itu adalah pikiran materalistis. Punya anak supaya nanti ada yang merawat. Orang Tiong Hoa pun juga berpikiran seperti itu. Orang non muslim juga berpikiran seperti itu. Tetapi jika punya anak agar nanti menjadi penerus untuk menyembah Allah, Itu khas pikiran orang mukmin " Ujar Gus Baha.

Gus Baha mengatakan memikirkan nasib ummat atau hamba hamba Allah agar menyembah Allah adalah ciri khas para Nabi dan Ulama. Gus Baha berkisah, saat Nabi Ibrahim berada di Palestina di Al Ard Al Muqoddasah, Nabi Ibrahim berdoa pada Allah sambil menggerutu atau mengomel, "Ya Allah dunia ini tidak fair, yang menyembah Engkau hanya saya. 

Saya melihat dunia kesal sekali, Ya Allah alam raya ini yang menciptakan Engkau. Engkau yang menciptakan buah buahan. (Dari tanah yang sama disirami air hujan yang sama namun menghasilkan buah buahan yang berbeda beda. Dengan bermacam maca rasa dan bentuk dan warna yang indah). 

Engkau yang menciptakan semua fasilitas di dunia. Kemudian yang mengenalMu hanya saya, ini tidak fair." Tidak seperti orang orang yang makan minum tidur lalu makan dan minum lagi tapi tidak tahu siapa yang menumbuhkan dan menurunkan makanan dan minuman tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline