Lihat ke Halaman Asli

Ceramah Gus Baha

Bismillah, alhamdulillah

Gus Baha: Menuju Allah Walau Banyak Maksiat

Diperbarui: 21 Mei 2024   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bismillahirrahmanirrahim

Dalam beribadah kita kadang merasa tidak sempurna. Merasa ada saja yang kurang dari ibadah kita. Merasa dan bertanya tanya apakah sholat kita diterima atau tidak. Bagaimana cara mengatasi perasaan was was seperti itu dibahas lugas oleh KH. Ahmad Bahauddin Nursalim, atau akrab disapa Gus Baha dalam ceramahnya pada video YouTube, channel Santri Gayeng yang berjudul "Ibadah Itu Tidak Harus Dipaksa Ikhlas" dan video Santri Gayeng tanggal 25 Juni 2022 yang berjudul "Menuju Allah Walau Tak Sempurna"

Beliau mengatakan memiliki perasaan seperti itu oleh Mazhab Syadzili, pasti akan diamuk atau disalahkan. Sebab bicara seperti itu kata beliau termasuk syirik. Kita tidak perlu memaksakan diri untuk ibadah dengan sempurna sebab sejak awal Allah sudah mengetahui ketidaksempurnaan kita. Biar bagaimanapun dengan ibadah kita seperti itu setan kesal sebab kita sudah mau bersujud. Dalam sholat menyebut Allahu Akbar, membesarkan nama Allah dalam takbir. Setelah itu bersujud meskipun saat sujud teringat hutang bahkan berdoa ingin jabatan. Namun saat itu setan sudah kesal melihat kita sudah mau bersujud. Gus Baha berujar di zaman akhir seperti ini tetap ada orang yang bersujud itu patut disyukuri. Biar bagaimanapun kita ditakdir sujud itu pemberian dari Allah Maka harus benar benar disyukuri.


Maka dari itu beramal sedikit tapi yakin bahwa itu anugerah dari Allah. Itu lebih baik daripada beramal banyak tapi merasa salah. Di zaman sekarang ada orang yang membaca Alquran meskipun ada yang keliru patutlah dimaklumi. Sementara dalam doa berkata minta diberikan kemanisan Alquran dalam setiap hitungan hurufnya. Sebenarnya tidak seperti itu juga, sebab mungkin kalau perjuznya masih memungkinkan. Karena kalau perhurufnya pasti tidak semua terbaca sebabnya, kita tidak pernah sempurna. Tapi di zaman akhir kita sudah sukses membuat setan kesal dengan di zaman akhir seperti ini kok masih ada orang sujud, bersedekah, dan membaca Alquran. Oleh karena kita harus yakin kalau itu semua pemberian Allah.

Gus Baha berkisah hal itu bisa diibaratkan misalkan di saat Saya ketemu Rukhin saya beri dia nasi saja tanpa tempenya. Lalu Rukhin terlihat makan dengan asyik, padahal ini jauh dari sempurna. Tidak ada lauknya tidak ada gizi  4 sehat 5 sempurna. Lalu Rukhin memakan dengan terlihat senang maka saya juga menjadi senang.

Sama juga saat kita diberi keadaan bisa melaksanakan ibadah shalat. Bentuk sholat yang diberikan kepada kita ya seperti itu. Ingat hutang, ingat uang, lalu sholatnya juga belum tentu benar. Tapi itu pemberian Allah. Kita harus bersyukur banyak orang diluar kita yang tidak sholat. Ya sudah maka keadaan itu kita syukuri saja. Itu lebih baik daripada kita memaksakan sempurna. Karena jika kits memaksakan sempurna setelah sholat lalu mengeluh sehingga tidak sempat berterima kasih kepada Allah, sudah diberi petunjuk.

Jika memaksakan sempurna maka anda menganggap ibadah menjadi suatu masalah dan musykillah. Menjadi sesuatu yang menjengkelkan sesuatu yang tidak mengenakkan. Akhirnya anda mensifati ibadah sebagai problem dan itu adalah cita citanya setan.

Maka menurut Imam Syafi'i jika ada orang ibadah tapi memaksa ikhlas maka sebaiknya tidak perlu memaksa ikhlas. Karena jika memaksa ikhlas maka bisa menyebabkan anda tidak melakukan ibadah tersebut. Karena jika tidak melakukan maka itu meninggalkan amal. Meninggalkan amal merupakan cita cita setan.

Maka kata ulama terdahulu ada ungkapan datanglah kepada jalan Allah meskipun dengan pincang, dengan terseok Seok. Tapi anda sudah benar dengan tetap menuju ke jalan Allah SWT. Misalkan dipanggil Allah, Rukhin kemarilah, meskipun belum mandi, meskipun pincang, meskipun belum siap juga tetaplah datang. Biar bagaimanapun jika dipanggil tetaplah datang.

Jangan banyak alasan seperti tetapi saya belum mandi, belum merapikan diri belum sempurna. Memaksakan sempurna itu masalah, karena iya jika kesampaian, namun kalau tidak?.

Gus Baha bertutur, Nah maka saya kenang dari Mbah Nafi salah satu Guru Gus Baha adalah di awal mulai mau mengajar, sebenarnya Gus Baha tidak mau mengajar karena takut salah. Mbah Nafi berkata lalu bagaimana jika kamu takut salah. Gus Baha mengatakan saya tidak berani mengajar. Gus Nafi menimpali lalu kamu bagaimana ingin benar terus?.  Iya, jawab Gus Baha. Kamu ingin benar selalu memangnya kamu ini seorang Nabi atau bagaimana?. Setelah peristiwa itu Saya setuju Mbah Nafi tentang hal itu sebab tidak ada orang yang tidak pernah salah. Memang siapa yang tidak pernah salah, tutur Gus Baha

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline