Lihat ke Halaman Asli

Bonus Demografi di Era Pesatnya Perkembangan Teknologi

Diperbarui: 23 Mei 2017   16:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Beberapa waktu lalu Indonesia telah sukses dengan program pembatasan kelahiran anak atau lebih dikenal dengan nama Keluarga Berancana (KB). KB dengan slogannya “dua anak cukup” telah sukses menekan angka pertumbuhan penduduk pada era Soeharto. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 1980-1990 terjadi penurunan jumlah penduduk dibandingkan periode sebelumnya, yaitu rentang tahun 1971-1980. Pada tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk pertahunnya mencapai angka 1.98. Sementara periode sebelumnya, yaitu tahun 1971-1980 terdapat 2.31 kelahiran penduduk per tahunnya. Laju pertumbuhan penduduk ini setelah tahun 1990 terus mengalami penurunan hingga tahun 2015, yang membuktikan bahwa program KB telah berjalan dengan baik di Indonesia.

Setelah program KB sukses dijalankan pada kurun waktu tersebut kini Indonesia tinggal memetik hasilnya. Terjadinya bonus demografi sebagai dampak dari berhasilnya program pemerintah tersebut merupakan keadaan dimana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun keatas). Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020-2030 mendatang. Menurut Badan Pusat Statistik pertumbuhan penduduk di Indonesia akan terus meningkat hingga tahun 2035 jumlah penduduk diprediksi akan mencapai 305,6 juta jiwa dengan sebesar 70 persen merupakan usia produktif.

Kita menyadari bahwa semakin lama perkembangan teknologi semakin maju. Sangat memungkinkan apabila pada tahun terjadinya bonus demografi terjadi perkembangan teknologi yang cukup pesat, dimana tenaga manusia menjadi tidak terlalu dibutuhkan karena telah tergantikan oleh robot canggih. Boston Consulting Group memprediksi di tahun 2025 mendatang lebih dari seperempat pekerjaan akan diambil alih oleh robot ataupun perangkat lunak tertentu. Perusahaan-perusahaan besar tentu saja memperhitungkan hal ini, karena selain membutuhkan biaya yang tidak terlalu mahal, kinerja robot lebih teliti bila dibandingkan dengan pekerjaan manusia.

Disamping itu perusahaan besar seperti Pertamina baru-baru ini menerapkan metode self-service, dimana pengguna mengisi sendiri bahan bakarnya. Hal ini dapat dibilang efektif, karena dapat meminimalkan pengeluaran perusahaan sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mempekerjakan pegawai khusus. Di sisi lainnya jika perkara ini diterapkan pada  perusahaan lainnya suatu hari nanti,  maka ketersediaan lapangan pekerjaan menjadi rendah, sehingga dapat memungkinkan terjadinya pengangguran dalam skala yang sangat besar.

 Oleh karena itu perlunya perubahan pola pikir masyarakat agar tidak melulu berorientasi menjadi pegawai, dimana untuk menjadi pegawai pastilah membutuhkan lapangan pekerjaan. Di masa kini internet memberikan dampak yang sangat besar untuk menciptakan peluang bisnis bagi penduduk Indonesia, sehingga muncul istilah digipreneursebagai sebutan bagi mereka yang berbisnis dengan memanfaatkan media digital sebagai pasarnya.  

Hingga kini e-commerce atau perdagangan elektronik termasuk dalam bisnis yang menjanjikan. Berdasarkan Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII) pengguna internet pada tahun 2016 menyentuh angka 132,7 juta dari total 256,2 juta total penduduk Indonesia. Semakin banyaknya pengguna internet, makin tinggi daya beli masyarakat terhadap suatu barang yang berarti menguntungkan para pelaku industri perdagangan elektronik. Maraknya penggunaan sosial media saat ini dimanfaatkan beberapa kalangan masyarakat sebagai peluang untuk berbisnis. Selain media sosial, websitejuga merupakan media yang cukup efektif untuk memasarkan produk. Tak jarang orang yang memasarkan produknya melalui salah satu dari media ini, apalagi jika keduanya, meraup untuk yang tidak sedikit, bahkan hingga puluhan juta perbulannya.

Munculnya fenomena baru yang sedang booming di kalangan anak muda saat ini adalahbisnis start up.Setiap tahun, bahkan setiap bulan beragam start upbaru bermunculan. Menurut dailysocial.net hingga kini terdapat 1500 lebih perusahaan start up lokal yang ada di Indonesia. Sebagian besar start upsukses didirikan oleh pemuda-pemudi Indonesia di usianya yang bahkan belum menginjak kepala 3. Sebut saja Go-Jek, Traveloka, HijUp, BukaLapak dan sederet start upterkenal lainnya didirikan oleh generasi muda Indonesia dan sukses di negeri sendiri.

Makin banyaknya kompetisi-kompetisi dan komunitas yang menaungi  para pembuat start upmerupakan langkah positif dalam rangka membentuk generasi digipreneurdi era ini.Tak ketinggalan pemerintah melalui Kementrian Peindustrian (Menperin) turut mendukung generasi muda Indonesia untuk melek teknologi agar menjadi pebisnis start up.Menperin menyampaikan, dengan iklim start upyang terus berkembang, nilai bisnis e-commercedi Indonesia saat ini mencapai US$ 18 miliardan ditargetkan dalam lima tahun mendatang akan berkembang 10 kali lipat. Selain pelaku industri e-commerceyang diuntungkan, ternyata negara juga terkena dampak positif akibat tren baru di kalangan anak muda saat ini.

Perlunya mempersiapkan penduduk untuk menjadi seorang digipreneurmerupakan langkah awal agar bangsa kita tidak selalu bergantung untuk mendapatkan pekerjaan, namun dapat menciptakan lapangan  pekerjaan dan dapat mempekerjakan orang banyak. Melihat tingginya jumlah penduduk usia produktif di masa terjadinya bonus demografi serta perkembangan teknologi yang semakin pesat, diharapkan masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan internet sebagai salah satu dampak dari perkembangan teknologi dalam mengembangkan budaya berwirausaha.

Referensi:

http://www.beritasatu.com/industri-perdagangan/405096-menperin-dorong-generasi-muda-bentuk-startup.html

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline