Lihat ke Halaman Asli

Zahra Raisya

Mahasiswai Universitas Islam Negri Jakarta

Pengaruh Standar Kecantikan Pada Perempuan

Diperbarui: 8 Januari 2024   18:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto : goodtimes.sc 

Bagi perempuan, kecantikan mempunyai peranan dan arti yang sangat penting. Perempuan diibaratkan sebagai karakter yang sangat mengagumi makna dan nilai keindahan. Meski gerakan emansipasi perempuan sudah banyak digaungkan, namun alam bawah sadar perempuan masih didominasi oleh perasaan terhadap bentuk fisik yaitu obsesi terhadap kecantikan.

Berbicara perihal cantik, besar sangkut pautnya dengan tampilan fisik, dari bentuk dan warna, dari atas sampai bawah, baik itu bentuk mata, hidung, mulut, wajah, dan tubuh. Masyarakat Indonesia umumnya menganggap bahwa standar kecantikan bagi perempuan indonesia adalah berkulit putih, berambut lurus, hidung mancung, dan berbadan langsing. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), standar didefinisikan sebagai ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan. Sedangkan, cantik diartikan sebagai keelokan (tentang wajah, muka perempuan). Jadi, bisa disimpulkan bahwa standar kecantikan itu berhubungan dengan patokan atau ukuran keelokan seseorang. 

Dengan terbentuknya standar kecantikan diatas akhirnya membuat para perempuan berusaha keras untuk bisa masuk dalam standar tersebut. Adanya standarisasi yang terjadi ini juga mengakibatkan kelompok-kelompok tertentu menjadi termarginalkan karena tidak sesuai standar yang sudah di konstruksi lingkungannya. 

Standar kecantikan yang terjadi ini tentunya memiliki pengaruh yang dignifikan bagi perempuan. Pengaruh ini dapat berdampak positif maupun negatif tergantung pada bagaimana standar kecantikan tersebut dipahami dan di terima oleh setiap individu. 

Seperti yang dirasakan oleh Nadia Nasihah, perempuan berusia 22 tahun tersebut menjadi salah satu yang merasakan dampak standar kecantiakan yang ada. Ia mengungkapkan bahwa beauty standar yang diciptakan oleh masyarakat memberikan dampak negatif dan positif yang signifikan bagi perempuan.

"Dampak negatifnya adalah masyarakat menganggap standar kecantikan perempuan berkulit putih, hidung macung, muka mulus, rambut lurus, tinggi, dan langsing. Tanpa sadar hal itu akan menjadi tolak ukur bagi manusia, ketika perempuan kulitnya sedang tidak baik seperti berjerwat hal tersebut akan dianggap minus. Padahal hal itu normal terjadi pada setiap orang" jelasnya saat diwawancarai kamis (4/1/2024).

Namun, dibalik dampak negatif yang diejaskan diatas, Nadia mengatakan bahwa tedapat dampak positifnya yaitu percaya diri, "Ketika perempuan mencapai titik hampir sempurna dari standar kecantikan masyarakat maka tentunya perempuan tersebut akan merasa menjadi lebih percaya diri. Jadi tampilan yang saya berikan ditujukan atas dasar kepuasan diri saya sendiri." lanjutnya. 

Nadia juga mengatakan bahwa dengan adanya standar kecantikan yang dibentuk oleh masyarakat ini tidak membuat dirinya hanya terfokus pada citra fisik dibandingkan dengan prestasi atau kualitas dirinya, "Meskipun fisik merupakan hal yang penting, tetapi bagi saya itu bukanlah satu-satunya. Kepercayaan diri saya tidak sepenuhnya saya letakkan pada kecantikan, karena saya ingin dikenal sebagai perempuan cerdas. Kecerdasan perempuan tidak akan pernh memudar, namun kecantikan akan termakan usia" ujarnya. 

Selain itu, Intan Ariana M.Psi yang merupakan seorang psikolog juga menanggapi bahwa pengaruh stadar kecantikan dapat memengaruhi psikologis perempuan. Standar kecantikan memengaruhi perempuan dengan cara menciptakan bagaimana bentuk standar tersebut terealisasikan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline