Lihat ke Halaman Asli

Zahra putri pratiwig

Mahasiswa Universitas Airlangga

Pemkot Surabaya Gandeng 459 Mahasiswa Unair Tuntaskan Stunting Melalui Kampung Emas

Diperbarui: 18 Desember 2023   21:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Stunting di Indonesia merupakan masalah serius dan menjadi tantangan dalam bidang kesehatan. Stunting terjadi ketika anak mengalami gagal pertumbuhan, khususnya dalam tinggi badan anak. Hal tersebut diakibatkan oleh kekurangan nutrisi kronis dan infeksi yang terjadi pasa masa awal kehidupan, terutama selama 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu sejak kehamilan hingga usia dua tahun. 

Pada tahun 2021 lalu, Studi Status Gizi Indonesia mencatat prevalensi stunting berada pada angka 24,4 %. Angka tersebut melebihi ketentuan yang disarankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu dibawah 20%. 

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah stunting, termasuk program-program peningkatan gizi, penyuluhan kepada masyarakat, dan perbaikan infrastruktur kesehatan. 

Pada tahun 2018, Presiden Indonesia menerbitkan Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan Stunting sebagai upaya pemerintah untuk menanggulangi stunting di seluruh Indonesia. Program-program ini melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, dan masyarakat luas.

Pemerintah Kota juga turut andil dalam pencegahan kenaikan kasus stunting di Indonesia, tak terkecuali Pemkot Surabaya. Melalui survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting di Surabaya tercatat di level 4,8% (923 balita). Padahal, di tahun 2021 masih tercatat sebanyak 28,9% (6.722 balita) dan menurun signifikan di akhir tahun 2022 menjadi 4,8% (923 balita). 

Selanjutnya di tahun 2023, angka kasus stunting terus menurun dan Pemkot Surabata menargetkan zero growth pada akhir tahun 2023. Melalui program Belajar Bersama Komunitas (BBK) Kampung Emas Universitas Airlangga (Unair), Pemkot ajak mahasiswa belajar di luar kampus untuk pemberdayaan masyarakat menuju kawasan mandiri dalam upaya percepatan penerunan prevalensi stunting di tingkat kelurahan. Pelaksanaan kegiatan kampung emas tahun ini melibatkan 459 mahasiswa yang diterjunkan di 153 kelurahan di Surabaya. 

Pencegahan tersebut diutamakan dengan pencegahan dari hulu ke hilir, yaitu dengan fokus pencegahan pada calon pengantin dan ibu hamil agar memiliki asupan gizi yang mencukupi. 

Kegaiatan Kampung Emas Surabaya terdiri dari 3 (kegiatan utama) kegiatan yang meliputi: LADUNI (Layanan Terpadu Pranikah); SBCC-BESTIEZ (Social Behaviour Change Communication: Bunda Teredukasi Sehat, Hebat, Peduli Gizi); dan FORMULA PANGAN BERIMAN (Fomulasi Pangan lokal Seimbang, Beraga, berbasis hewani).

Kelurahan Semolowaru merupakan target dari kelompok 105 program BBK Kampung Emas. Setelah melakukan analisis situasi, ditemukan kondisi ibu hamil kurang energi kronik (KEK), Kehamilan Resiko Tinggi (KRT), calon pengantin KEK, KRT, dan Balita stunting. Melalui pengawasan secara berkala dan dilakukannya edukasi terhadap ibu hamil dan calon pengantin, diharapkan dapat mencegah kenaikan prevalensi stunting di Kelurahan Semolowaru. 

Selain itu, pemberian dan pengawasan konsumsi Laduni, yaitu vitamin dengan 15 macam multivitamin dengan tujuan terhindarnya kekurangan zat gizi mikro pada ibu hamil dan calon pengantin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline