Lihat ke Halaman Asli

ZAHRA NURHALIZA

Pelajar sekolah

Salah Paham

Diperbarui: 4 November 2022   05:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terik mentari menemani langkah kecilku. Berjalan seorang diri dari kantor menuju restoran cepat saji demi mengisi perutku yang kosong. Melewati kepadatan kota pada jam makan siang. Sungguh, amosfer di sekelilingku benar-benar panas. Udara sejuk di kota ini telah hilang entah sejak kapan. Membuat kepalaku terasa sangat pening.

Berjalan sembari mengeluh, tak terasa aku hampir di tempat tujuan. Hanya perlu menyebrang lalu duduk manis di sudut restoran dan melahap lauk kesukaanku. Membayangkan hal itu, membuatku lebih bersemangat. Baru saja ingin membuka pintu masuk, retinaku menangkap sebuah pemandangan yang tidak mengenakkan. 

Aku melihat anak kecil berseragam putih merah yang sedang diikuti oleh seorang preman. Tapi, kenapa tidak ada yang peduli? Seolah hal itu bukan sesuatu yang mengejutkan.

Sangat miris. Tanpa pikir panjang aku mengikuti dua orang tersebut. Meninggalkan jadwal makanku untuk menyelamatkan anak kecil itu, yang menurutku akan menjadi korban penculikkan. Sepuluh menit mengikuti mereka, aku pun berhenti melangkah dan kedua orang itu sudah berada di depan sebuah sekolah dasar negeri. 

Namun, mengapa hingga saat ini preman itu tidak melakukan apa-apa?. "Kak, makasih yah udah anter Andien ke sekolah. Coba saja Andien bisa melihat, mungkin Andien tidak akan terus merepotkan kakak." ucap anak kecil tadi. Preman itu menjulurkan tangannya dan mengusap pelan kepala Andien, "gapapa dek, lain kali minta tolong ke abang aja yah. Abang pasti bantuin adek terus. Kita kan kawan". Keduanya pun tertawa lepas, terlihat bahagia.

Perkiraanku salah besar! Anak kecil yang aku ikuti ternyata tidak bisa melihat dan sosok preman tadi hanya ingin menemani sekaligus menjaga dirinya. Aku malu pada diriku sendiri. Dikala sosial media sedang ramai dengan kata-kata "jangan menilai seseorang dari fisiknya", ternyata aku masuk ke salah satu dari mereka. Benar-benar memalukkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline