Pendidikan adalah upaya sadar untuk mempersiapkan anak menghadapi peran masa depan melalui kegiatan pengajaran, bimbingan dan pelatihan. Pendidikan ada pertama kali di dalam keluarga. Orang tua merupakan pendidik utama bagi anak, sehingga anak memperoleh pendidikannya terlebih dahulu dari orang tuanya. Persepsi orang tua terhadap tanggung jawab dan perannya sebagai pendidik utama mempunyai dampak yang signifikan terhadap perkembangan pribadi anak. Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dan menjadi landasan terbentuknya masyarakat. Oleh karena itu, keluarga merupakan wadah fundamental pertama bagi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak.
Peran Orang Tua dalam Pendidikan Sebagai pemimpin keluarga, orang tua harus mengutamakan pendidikan keluarganya agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal buruk. Peran orang tua sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak dimana orang tua menjalankan perannya sebagai: pertama, sebagai pendidik. Dalam Islam pendidik pertama adalah orang tua yang bertanggung jawab terhadap anaknya, berupaya mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, meliputi potensi emosional, kognitif, dan psikomotorik. Kedua dorongan atau motivasi. motivasi intrinsik adalah dorongan yang datang dari hati dan biasanya disebabkan oleh kesadaran akan pentingnya suatu hal. Dan motivasi ekstrinsik, yaitu dorongan yang datangnya dari luar (lingkungan), seperti dorongan dari orang tua, guru, teman, dan orang-orang di masyarakat.
Ketiga, sebagai fasilitator. Selain memenuhi kebutuhan dasar anak dan menunjang pembelajaran, anak juga memerlukan fasilitas pembelajaran seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis, dan buku.Oleh karena itu, sudah menjadi tugas orang tua untuk menyediakan fasilitas belajar demi kelancaran pembelajaran. Keempat, Sebagai orang tua, Anda tidak hanya bertanggung jawab menyediakan fasilitas dan biaya sekolah saja Namun juga memberikan bimbingan kepada anak. Orang tua wajib memahami dan mendorong anak agar bisa membantu semaksimal mungkin dalam kesulitan yang dialami anaknya di sekolah. Itu sebabnya orang tua harus punya waktu untuk bersama anak-anaknya. Pada masa ini, anak mendapat bimbingan dan nasehat untuk belajar lebih aktif.
Menurut Zakiah Darajdat, dalam islam orang tua setidaknya memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan anak sebagai berikut: 1) Pemeliharaan dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk paling sederhana dari semua tanggung jawab orang tua, dorongan alami untuk menjamin kelangsungan hidup manusia. 2) Melindungi dan menjamin kesetaraan, baik jasmani dan rohani dari berbagai penyakit dan kelainan, serta dari penyimpangan hidup dan tujuan hidup sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.3) Memberikan pendidikan menyeluruh yang memberikan kesempatan kepada anak untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara maksimal. 4) Jadikan anak-anak Anda bahagia di dunia dan akhirat sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup Islam.
Motivasi belajar adalah suatu daya pendorong psikologis diri siswa yang mendorong kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberi arahan pada kegiatan untuk mencapai tujuan belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar memegang peranan penting dalam menumbuhkan semangat belajar serta meningkatkan keinginan dan tenaga anak untuk belajar. Fungsi motivasi belajar adalah agar siswa bertindak sedemikian rupa sehingga menjadi penggerak atau mesin yang memberi tenaga untuk menyelesaikan suatu tugas dan menentukan arah tindakan yaitu menuju tujuan dan cita-cita.
Jenis-jenis motivasi belajar, kebanyakan ahli mengklasifikasikan motivasi menjadi dua jenis umum, yang lebih dikenal dengan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Pertama, Motivasi Intrinsik mengacu pada motivasi untuk bertindak atau berfungsi tanpa adanya rangsangan dari luar karena setiap orang sudah mempunyai dorongan untuk melakukan sesuatu. Di sini individu bertindak karena menerima energi dan pengaruh yang tidak dapat dilihat, karena sumber motivasi individu untuk bertindak berasal dari dalam dirinya. Kedua, Motivasi ekstrinsik adalah motif yang aktif dan bekerja di bawah pengaruh rangsangan dari luar. Anak memerlukan perhatian dan bimbingan khusus dari orang tuanya dalam belajar, seringkali ketika tidak mendapat feedback yang baik tentang hasilnya, mereka menjadi lambat atau malas belajar.
Ada beberapa cara untuk meningkatkan motivasi kegiatan belajar di rumah. Pertama, mengetahui hasil pekerjaannya. Apalagi jika mengalami kemajuan, akan mendorong anak untuk lebih giat belajar. Semakin anak mengetahui bahwa kurva prestasi belajar sedang naik, maka semakin termotivasi pula mereka untuk terus belajar dengan harapan adanya perbaikan lebih lanjut. Anak-anak biasanya merasa malu ketika nilainya menurun. Oleh karena itu, orang tua tidak perlu ragu untuk menanyakan hasil anaknya.
Kedua, memberikan penghargaan atau hukuman. Cara pemberian penghargaan berupa hadiah dikatakan memotivasi, yaitu jika anak menyukai hadiah tersebut, meskipun harganya kecil/terjangkau dan sebaliknya jika anak tidak menyukai hadiah tersebut berarti anak tidak berbakat dalam bekerja tersebut. Misalnya, hadiah menggambar terbaik mungkin tidak menarik bagi anak yang tidak memiliki keterampilan menggambar. Demikian pula hukuman dapat menjadi penguatan negatif, namun jika diberikan dengan benar dan bijaksana maka dapat menjadi motivator. Ketiga , Menyediakan alat dan fasilitas yang dibutuhkan anak.Selain memenuhi kebutuhan pokoknya, anak belajar juga memerlukan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis, dan buku. Dengan demikian, kesediaan orang tua dalam menyikapi kebutuhan fasilitas belajar anaknya dapat meningkatkan motivasi belajar anak. Anak akan dapat belajar lebih aktif dan prestasi akademiknya akan meningkat.
Referensi :
Zakiah Daradjat, dkk, 1992, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Sardiman, A.M., 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada.