Lihat ke Halaman Asli

zahra luthfi

Mahasiswa

Perkembangan Dongeng: Tantangan Dongeng Tradisional di Era Digital

Diperbarui: 1 Juli 2024   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dongeng telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kebudayaan dan tradisi Indonesia, diwariskan dari generasi ke generasi secara lisan. Dongeng memiliki peran penting untuk membentuk karakter, nilai moral, dan imajinasi anak-anak. Namun, di era digital saat ini, dongeng menghadapi berbagai tantangan dan perubahan signifikan. Bagaimana nasip dongeng saat ini? Apakah masih relevan atau justru terancam punah?

Kebangkitan dan Tantangan Dongeng Tradisional

Di masa lalu, dongeng sering diceritakan secara lisan oleh orang tua atau kakek-nenek kepada anak juga cucu mereka sebagai penghantar tidur. Cerita seperti "Bawang Merah dan Bawang Putih", "Timun Mas", dan "Malin Kundang" menjadi bagian dari ingatan kolektif masyarakat Indonesia. Cerita-cerita tersebut mengandung pesan moral yang mendalam dan berfungsi sebagai sarana pendidikan informal. Namun, dengan perubahan gaya hidup dan meningkatnya ketergantungan pada teknologi, tradisi lisan ini perlahan memudar.

Saat ini, banyak anak yang lebih akrab dengan konten dari luar negeri melalui media digital, seperti film animasi dan video game. Menurut survei dari Kementrian Komunikasi dan Informatika Indonesia ditemukan bahwa 98% anak tahu tentang internet dan 79,5 % diantaranya adalah pengguna internet. Dari situ, banyak anak yang lebih akrab dengan karakter-karakter dari luar negeri seperti princess disney atau superhero dari marvel, dibandingkan dengan tokoh-tokoh dari dongeng lokal.

Namun, bukan berarti dongeng tradisional sepenuhnya hilang. Teknologi yang sering disebut sebagai ancaman bagi tradisi oral justru bisa menjadi alat pelestarian yang efektif. Banyak cerita rakyat yang kini diadaptasi ke dalam bentuk buku digital, aplikasi cerita, bahkan animasi. Contohnya, kanal YouTube "Dongeng Kita" menghadirkan cerita klasik dalam bentuk animasi dengan visual yang menarik hingga mampu membuat anak-anak tertarik untuk melihatnya. Bukan hanya itu, aplikasi seperti "Riri Cerita Anak Interaktif" menawarkan cerita rakyat dalam bentuk interaktif yang memungkinkan anak-anak tidak hanya mendengarkan atau membaca, tetapi juga berinteraksi dengan karakter-karakter dalam cerita.

Selain itu, ada sebuah komunitas yang aktif mempromosikan dongeng melalui festival dan pertunjukan online. Mereka tidak hanya menghidupkan kembali cerita-cerita klasik, tetapi juga menciptakan adaptasi baru yang relevan dengan zaman sekarang.

Jadi, dongeng di Indonesia sedang mengalami trasformasi yang signifikan di era digital ini. Meskipun memiliki berbagai tantangan, dongeng tetap memiliki tempat yang penting dalam budaya dan pendidikan anak-anak Indonesia. Dengan bantuan teknologi serta komunitas dongeng dapat terus hidup dan berkembang, menyampaikan nilai-nilai dan cerita-cerita berharga untuk generasi mendatang. Menggabungkan teknologi dengan tradisi adalah kunci untuk memastikan bahwa dongeng tetap relevan dan dapat dinikmati oleh anak-anak di era digital. Dengan demikian, dongeng tidak hanya akan bertahan tetapi juga berkembang, menawarkan jendela ke masa lalu sambil memberikan pelajaran berharga untuk masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline