Lihat ke Halaman Asli

Ayu Zahra Chantalia Lesmana

Mahasiswa Universitas Padjajaran

Fashion Menjadi Pelengkap Euforia Lebaran

Diperbarui: 2 Juni 2022   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pakaian/freepik.com

"Baju baru Alhamdulillah tuk dipakai di hari raya, tak punya pun tak apa-apa, masih ada baju yang lama." Beberapa dari kalian pasti familiar dengan lirik lagu Baju Baru yang dinyanyikan oleh Dea Ananda ini. Memang sudah seperti suatu kebiasaan untuk mengenakan baju spesial di hari raya lebaran, layaknya kue juga kegiatan silaturahmi, fashion lebaran juga menjadi salah satu unsur pembangun euforia hari spesial bagi umat muslim ini. Namun, kenapa demikian?

Fashion sering disinonimkan dengan busana, tetapi dikutip dari pemaparan profesor sosiologi Ohio University Amerika Serikat, Alex Thio "Fashion adalah antusiasme besar tetapi singkat di antara sejumlah besar orang mengenai suatu inovasi tertentu." Maka dari itu, fashion mencangkup hal-hal yang diikuti banyak orang, terutama busana atau pakaian. Selain itu, fashion juga dijadikan objek untuk mengekspresikan diri karena bisa menyampaikan ide dan maksud dari pemakainya.

Dalam kehidupan bermasyarakat yang mana individualitas menjadi sebuah tolak ukur penilaian terhadap suatu hubungan ataupun interaksi, ciri dan identitas diri menjadi hal yang penting untuk ditunjukan (Trisnawati, 2011). Oleh karena itu, busana serta aksesoris yang merupakan bagian dari fashion menjadi suatu alat komunikasi untuk mengekspresikan diri dan menyampaikan identitas, kepribadian, status juga perasaan terhadap orang lain. 

Fashion yang terlihat dari penampilan tubuh merupakan pesan artifaktual. Hal ini dapat terlihat di kehidupan sehari-hari, contohnya apakah kamu pernah atau sering menilai seseorang dari penampilan, terutama bagaimana cara orang tersebut berpakaian?

Pesan artifaktual yang terdapat pada objek-objek fashion yang dipakai sebagai alat untuk berkomunikasi memiliki maksud dan nilai. Nilai disini dapat terbentuk oleh diantaranya agama, budaya, dan tradisi. Hanya dengan mengenakan jenis pakaian tertentu orang lain akan dapat menilai identitas dan kepribadian pemakainya. Seperti seorang muslimin bisa langsung dikenali karena mengenakan hijab juga pakaian yang menutupi auratnya.

Fashion sebagai suatu alat komunikasi juga berkaitan dengan konteks ruang dan waktu. Pakaian juga aksesoris akan dipengaruhi oleh kapan dan dimana itu dipakai. Berdasarkan studi penelitian mengenai pengaruh peristiwa dunia terhadap fashion yang dilakukan oleh mahasiswa University of Texas, 

Wei-Lin Hsiao bersama dengan dosen pembimbingnya, Kristen Grauman memaparkan bahwa peristiwa juga mempengaruhi pemilihan pakaian yang digunakan oleh seseorang. Pengaruh tersebut juga masih memiliki kaitan dengan budaya dan pengabaran dari media massa mengenai fashion.

Sebagai seorang muslim, hari raya Idul Fitri merupakan suatu peristiwa hari yang spesial, dalam mengekspresikan perasaan pada hari tersebut dan identitasnya sebagai bagian dari umat yang merayakan, fashion menjadi salah satu opsi yang dapat digunakan. Maka dari itu, penggunaan fashion lebaran yang umumnya merupakan pakaian muslim yang dibeli khusus untuk dipakai pada hari raya idul fitri menjadi salah satu tradisi pemeriah lebaran. 

Namun, berdasarkan hadist HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim "Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali RA, ia berkata, 'Rasulullah SAW telah memerintahkan kami pada dua hari raya agar memakai pakaian terbaik yang kami temukan," pakaian yang digunakan tidak diharuskan bersifat baru.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline