Lihat ke Halaman Asli

Menjelajahi Gamelan di Negeri Kincir Angin: Kisah Dua Mahasiswi Seni UPI Bersama Pengajar Musik Tradisional Asal Belanda

Diperbarui: 16 Mei 2024   06:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Desti, Zahrah. 2024 (Dokumen Pribadi)

Kedatangan Desti Yustianingsih dan Zahrah Luthfi Kholifah sebagai perwakilan mahasiswa seni Fakultas Pendidikan Seni Dan Desain (FPSD) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ke Belanda yang bertujuan untuk mengikuti Program Penguatan Profesional Kependidikan Luar Negeri yang diadakan oleh  UPI yang bekerja sama dengan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI)  Den Haag, yaitu Prof. Dr. Agus Setiabudi, M.Si., selama 3 bulan dimulai dari 28 Februari 2024 hingga 28 Mei 2024.

Pada hari Rabu, 17 April 2024 di tengah rintik hujan yang membasahi kota Haarlem, Belanda. Hawa dingin dan lembab tak menyurutkan semangat kami untuk mengunjungi sekolah lokal De Ark. Di sana, kami akan memulai petualangan budaya, dengan mengamati pembelajaran kelas gamelan Jawa bersama Michiel Niemantsverdriet asal Belanda sebagai seorang pengajar musik tradisional gamelan jawa.

Michiel Niemantsverdriet, memiliki kecintaan yang mendalam terhadap alat musik tradisional Indonesia. Ketertarikannya berawal dari bunyi nada yang unik dan memikat yang dihasilkan oleh gamelan jawa. Dorongan hasratnya untuk mempelajari gamelan jawa membawa dia datang ke Indonesia tepatnya ke ISI Solo, di sana ia mendalami seni gamelan Jawa selama bertahun-tahun.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Michiel kembali ke Belanda dan membawa keahliannya dalam bidang gamelan jawa. Kini, ia aktif mengajar gamelan Jawa di beberapa instansi lokal Belanda, diantaranya Basisschool De Ark dan Conservatorium van Amsterdam (CvA). Dedikasi dan keahliannya dalam mengajar gamelan telah menginspirasi banyak orang untuk mempelajari alat musik ini dan mempererat hubungan budaya antara Indonesia dan Belanda.

Dalam kelasnya, Michiel mengajarkan gamelan jawa pada siswanya dengan metode bergilir pada setiap alat musik. Pada setiap satu sesi pembelajaran, ia memberikan dua lagu sederhana yang mudah diterima dan diikuti oleh siswanya. Kami melihat keantusiasan siswa dalam mempelajari gamelan jawa, seperti yang dikatakan oleh salah satu siswi bahwa gamelan itu menyenangkan dan unik karena menurutnnya gamelan merupakan alat musik yang berbeda dengan yang sering ia lihat di lingkungannya.

Pengalaman kami di Belanda merupakan bukti nyata bahwa gamelan Jawa memiliki daya tarik universal yang mampu menjangkau dan menginspirasi orang-orang dari berbagai latar belakang budaya. Kisah kami juga menunjukkan pentingnya pertukaran budaya dan kolaborasi internasional dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya yang tak ternilai baik itu di Indonesia maupun di luar negeri. Kami berharap budaya tradisional Indonesia terus berkembang dan dikenal di seluruh kancah dunia.

Penulis: Desti Yustianingsih dan Zahrah Luthfi Kholfah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline