Lihat ke Halaman Asli

Zahra Firlia

️️️️️️️ ️️️️️️️️️ ️️️️️️️️️ ️️️️️️️️️ ️️️️️️️️️ ️️

Nenggung: Tradisi Sumatra Selatan yang Sudah Jarang Dilakukan

Diperbarui: 25 Juni 2024   18:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nenggung merupakan nyanyian yang biasanya dilakukan ibu ketika menidurkan anaknya yang masih bayi. Mirip dengan 'nina bobo' tetapi nenggung berupa dzikir atau pantun yang berirama dan mengandung makna yang baik. Hal ini dilakukan agar anak memiliki sifat yang baik ketika dewasa. 

Filosofi dari nenggung yakni rasa sayang seorang ibu kepada anaknya, sehingga mereka menidurkan anak dengan menenggung. Pada zaman dahulu, belum ada musik atau lagu dengan berbagai genre seperti sekarang. Maka dari itu, bayi didengarkan dan dinyanyikan hal-hal yang baik dan tidak lepas dari dzikir.  Biasanya nenggung dituturkan ketika anak akan tidur atau susah tidur karena suatu hal, seperti sedang sakit atau rewel. Nenggung dapat dituturkan oleh ibu, ayah, nenek, kakek, atau kerabat lainnya yang dekat dengan si anak. Seiring berkembangnya zaman, jarang para ibu menenggungkan anaknya bahkan sudah tidak ada lagi. 

Ketika menenggung, ibu menggendong anaknya menggunakan kemben atau sewet panjang sambil mengelus-elus atau menepuk bagian belakang anaknya. Selain itu, ada juga yang memakai ayunan, tetapi harus berhati-hati agar bayi tidak terjatuh dari ayunan.

Pada kebiasaan orang Palembang, saat menidurkan anaknya, ibunya biasa menenggung dengan dzikir. Umumnya, dzikir yang ditenggungkan adalah irama Ratib Saman. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline