Lihat ke Halaman Asli

Lenong Betawi

Diperbarui: 17 September 2021   21:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lenong Betawi (sumber Gambar: Liputan6.com)

Banyak yang sering mendengar tentang Lenong Betawi, hal yang pertama kali terpikirkan dalam benak seseorang saat mendengar Lenong Betawi adalah candaan yang kental sekali. 

Mulanya Lenong Betawi terinspirasi dari sebuah komedi Stambul dan teater bangsawan, sehingga sekitar abad ke-20 masyarakat Betawi mulai membentuk pertunjukkan yang hampir serupa. 

Istilah Lenong berasal dari kata Lien Ong, yaitu istilah yang kerap digunakan oleh saudagar Cina saat memanggil dan menggelar pertunjukan teater.

Jauh sebelum Lenong ada, hiburan orang Betawi adalah Gambang Kromong, dan sebelum Gambang Kromong masyarakat lebih dahulu mengenal yang namanya cokek. Cokek sendiri lebih di dominasi oleh orang-orang Cina mulai dari pemusik, penari, penikmat, dan lain sebagainya. 

Cokek sering di tampilkan saat orang Cina memanggil untuk memberikan hiburan para tamu. 

Banyak tamu yang diundang dari masyakat sekitar atau pribumi. Masyarakat pribumi itu tertarik untuk membuat hiburan seperti cokek. 

Namun, mereka tidak serta merta menirukan Cokek keseluruhan, mereka hanya menjadikan cokek sebagai referensi hiburan bagi kaum pribumi. Mulai dari situ tercipta lah hiburan yang bernama Gambang Kromong yang tidak ada cokeknya dan hanya ada nyanyian-nyanyian dari cokek. Nyanyian tersebut diiringi oleh Gambang Kromong.

Gambang Kromong mengalami kepopuleran yang sangat melejit di kalangan masyarakat Betawi. Gambang Kromong biasa ditemukan di acara-acara pernikahan Betawi. Saat kepopulerannya mengalami kenaikan yang cukup pesat, panggilan Gambang Kromong juga mengalami peningkatan. 

Menurut Mandra selaku tokoh Betawi, zaman dulu Gambang Kromong dapat di panggil oleh juragan-juragan Betawi sampai berhari-hari hanya untuk memeriahkan pesta pernikahan keluarganya, bahkan Mandra bersaksi bahwa tetangga ia dulu memanggil Gambang Kromong selama tujuh hari berturut-turut.

Karena para penyanyi mulai kewalahan saat mengisi Gambang Kromong dengan deretan hari yang berturut-turut, saat malam hari pementasan di lakukan seperti teater yang di iringi dengan musik gambang kromong. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline