Lihat ke Halaman Asli

Zahra Aulia Syafitri

Mahasiswa STAI Al Anwar Sarang, Rembang Prodi Ilmu Al Qur'an dan Tafsir

Analisis Teori Lewis A Coser terhadap Konflik Kenalkalan Remaja di Dalam Kasus Tawuran antar Pelajar

Diperbarui: 5 November 2024   11:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  • Kenakalan remaja pada akhir ini telah berubah menjadi fenomena sosial yang sangat menghawatirkan. Hal ini bisa terjadi karena kecendrungan perilaku siswa yang semakin tidak wajar, sehingga berdampak pada perbuatan kriminal yang dapat membahayakan keselamatan  orang lain. Jika terus dibiarkan  tanpa control sosial yang keras, patologi sosial berupa kenakalan remaja ini dapat mengganggu rasa keamanan masyarakat dan dapat mengancam eksistensi secara keseluruhan. Secara umum, kenakalan remaja menandakan kurangnya kedisiplinan mereka terhadap aturan dan norma yang di lakukan di dalam keluarga, sekolah, masyarakat, maupun sebagai individu. Oleh sebab itu, penanaman norma-norma itu harus diberikan kepada pelajar agar mereka bisa memahami norma-norma tersebut dengan baik.
  •       Kurangnya pemahaman tentang hukum memiliki konsekuensi yang berdampak negatif bagi pengguna hukum sendiri, terutama bagi masyarakat umum. Seperti contoh tawuran yang terjadi antar pelajar atau siswa sehingga dapat mengancam keamanan dan kenyamanan didalam masyarakat. Hal itu juga dapat menunjukkan bahwa para siswa memiliki pengetahuan minim tentang ancaman hukuman atas perbuatan mereka itu berdampak pada masa depan mereka sendiri. Tawuran antar siswa, terutama di tingkat SMA/K, yang sering terjadi di tengah masyarakat. Oleh larena itu teori konflik Lewis A.Coser dapat kita gunakan untuk menganalisis tawuran antar pelajar dengan melihat bahwa konflik ini berdampak positif bagi kelompok. Teori ini juga menyatakan bahwa ketegangan antar kelompok dapat memperkuat kelompok masing-masing.
  •       Perkelahian antar pelajar ini umumnya dianggap sebagai kejadian yang biasa oleh masyarakat indonesia. Beberapa orang juga berpendapat bahwa perkelahian merupakan aktivitas rutin bagi pelajar remaja. Pada saat ini tawuran pelajar kerap terjadi di kota-kota besar, salah satunya yaitu pada Kota Bekasi, yang seharusnya mempunyai masyarakat yang lebih maju dalam hal peradaban. Pelajar yang terlibat dalam tawuran cenderung lebih memilih untuk terlibat dalam perkelahian diluar sekolah daripada berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
  • Tawuran merupakan bentuk dari pertentangan atau konflik yang meliputi dua kelompok yang masing-masing dari kelompok tersebut memiliki nilai-nilai yang telah melembaga, dimana tawuran terwujud karena ada rasa solidaritas yang tinggi disetiap anggota kelompok. Hal itu semua terjadi karena adanya kepentingan yang terlanggar oleh masing-masing pihak.
  • Dalam kamus bahasa indonesia "tawuran" dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang, sedangkan "pelajar" adalah seorang manusia yang belajar. Dan kelompok adalah sekumpulan oarang yang mengidentifikasi satu sama lain dan juga memiliki rasa saling memiliki.
  •       Pada umumnya tawuran antar pelajar dimulai dari masalah yang sangat sepele bisa dari sebuah pertandingan, bersenggolan di bis, saling mengejek satu sama lain, rebutan wanita bahkan tidak jarang saling menatap antar sesama pelajar dan dengan perkataan yang awalnya bahan candaan itu juga bisa mengakibatkan sebuah tantangan. Perilaku tawuran  sangat erat hubungannya dengan emosional pada diri pelajar. Kondisi ini merupakan rintangan bagi lembaga sekolah terutama para tenaga pendidikan untuk mengatasi  permasalahan tawuran yang begitu meresahkan lingkungan sekolah. Dari peristiwa ini guru perlu mengawasi dan memperhatikan keadaan siswa, khususnya untuk mereka yang terlibat kasus tawuran.
  •       Mengatasi tawuran antar pelajar membutuhkan pendekatan yang komprehensif, dengan melibatkan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Berikut adalah beberapa upaya yang harus dilakukan:
  • Pendidikan karakter dan etika di sekolah
  • Sekolah perlu mengintegrasikan pendidikan karakter, termasuk pengajaran tentang toleransi, empati, dan pengendalian emosi. Program-program yang mengajarkan cara menyelesaikan konflik tanpa kekerasan dapat membantu siswa memahami dampak negatif dari tindakan tersebut.
  • Penguatan pengawasan dan disiplin di sekolah
  • Pihak sekolah dapat meningkatkan pengawasan terhadap siswa selama jam istirahat, pulang sekolah, dan lingkungan sekitar sekolah. Dengan pengawasan yang begitu baik agar potensi konflik biasa diatasi lebih dan juga dicegah.
  • Penerapan sanksi tegas
  • Peraturan yang jelas dengan sanksi yang tegas bagi pelaku tawuran diharapkan bisa memberikan efek jera. Namun, sanksi ini harus tetap bersifat mendidik dan memberikan ruang bagi siswa unruk memperbaiki diri.
  • Peningkatan komunikasi dengan orang tua
  • Orang tua memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian anak. Sekolah perlu menjalin komunikasi yang lebih erat dengan orang tua agar bisa memantau perkembangan siswa dan mengatasi masalah-masalah sosial diluar sekolah.
  • Kegiatan positif diluar kelas
  • Sekolah dapat menyediakan kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan sosial yang postif agar siswa dapat menyalurkan energinya dalam aktivitas yang membangun, seperti olahraga, seni, dan kegiatan sosial lainnya.
  • Pendekatan restoratif atau mediasi
  • Jika terjadi konflik, pendekatan mediasi antara siswa yang terlibat tawuran dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah secara damai.          
  • Dengan demikian kasus tawuran antar pelajar ini menjadi masalah sosial yang berdampak pada keamanan masyarakat. Kasus ini terjadi karena kurangnya kedisiplinan, pemahaman hukum, dan pengendalian emosi pada siswa. Meskipun sudah ada pendidikan moral di sekolah, beberapa siswa masih terlibat dalam konflik yang dapat merugikan.

Jadi untuk mencegah tawuran, dibutuhkan kolaborasi antar sekolah, keluarga, dan masyarakat. Upaya tersebut meliputi pendidikan karakter, pengawasan yang lebih ketat, penerapan sanksi tegas namun mendidik, serta kegiatan positif yang dapat menyalurkan energi siswa secara produktif.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline