Apa yang terlintas di benakmu ketika mendengar kata "kanker"? Terdengar seram, bukan?
Penyakit yang biasa ditemukan pada usia lanjut ini memiliki biaya pengobatan mahal, belum lagi ketidakpastian akan hasil pengobatannya. Namun, dewasa ini, kanker tidak hanya menyerang usia lanjut saja, tetapi usia muda juga terancam. Berdasarkan data dari Zhao et al. (2023), insiden global kanker pada usia di bawah 50 tahun meningkat sebesar 79,1% dengan jumlah kematian meningkat sebesar 27,7% antara tahun 1990 dan 2019. Hal ini tentu menimbulkan rasa penasaran, mengapa bisa terjadi?
Sebelum membahas lebih lanjut alasan peningkatan jumlah kanker dini atau pada usia muda bisa meningkat, mari kita pahami terlebih dahulu apa itu kanker. Menurut Rahayuwati et al. (2020), kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal. Sel-sel ini berasal dari suatu sel yang mengalami perubahan atau mutasi sehingga berubah menjadi ganas. Sel-sel ini merusak jaringan di sekitarnya dan menyebar ke bagian tubuh lain lalu membentuk tumor. Sel kanker terus memperbanyak diri tanpa henti.
Kanker seringkali tidak menunjukkan gejala di tahap awal, tetapi dapat terdeteksi di stadium atau tahap lanjut. Gejala kanker bersifat tidak spesifik dan hampir sama dengan penyakit lain, seperti penurunan berat badan dan nyeri. Meskipun risiko kanker meningkat seiring bertambahnya usia, bagaimana dengan mereka yang terkena kanker di usia muda?
Menurut studi Zhao et al. (2019), jenis kanker dini dengan jumlah kejadian terbesar secara global pada tahun 2019 adalah kanker payudara dengan persentase sebesar 27,5% dari semua jenis kanker. Selain itu, jumlah kematian dini akibat kanker pada tahun yang sama adalah 1,06 juta kematian. Empat jenis kanker pada usia di bawah 50 tahun dengan tingkat kematian tertinggi adalah kanker payudara, kanker paru, kanker perut, dan kanker usus besar atau kolorektal. Lantas, mengapa bisa terjadi pada usia muda?
Ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan risiko kanker pada usia muda. Menurut Zhao et al. (2023), kebiasaan makan yang buruk dan merokok menjadi faktor risiko utama timbulnya kanker dini, terutama di Asia Tenggara. Saat ini, makanan ultra-processed (ultraprocessed food), seperti nugget, mie, sosis, dan keripik kentang, semakin sering dijumpai. Berdasarkan studi Lian et al. (2023), konsumsi makanan ultra-processed yang tinggi dapat meningkatkan risiko kanker pada saluran pencernaan, terutama kanker kolorektal. Makanan yang diproses secara berlebihan cenderung kehilangan nutrisi penting dan mengandung bahan tambahan seperti pengawet, pewarna, dan perasa, yang berpotensi bersifat karsinogenik (penyebab kanker).
Merokok juga menjadi faktor terjadinya kanker dini. Menurut hasil studi Puspawati et al. (2020), kematian dini akibat kanker yang disebabkan oleh merokok di Indonesia mencapai 284.858 kematian pada tahun 2018. Zat aktif dalam rokok, seperti tar dan nikotin, bersifat karsinogenik. Rokok bukan hanya berdampak pada penggunanya, melainkan juga orang di sekitarnya. Menurut Li (2022), asap rokok mengandung senyawa karsinogenik yang berpotensi mengakibatkan kerusakan oksidatif pada organ, terutama paru.
Selain dua faktor di atas, polusi lingkungan juga menjadi penyebab utama kanker. Polusi udara berasal dari kendaraan bermotor, industri, dan kebakaran hutan. Saat ini, industri berkembang pesat di berbagai tempat. Pertumbuhan industri turut menyumbang peningkatan polusi udara. Menurut Buana (2022), polusi udara di dalam atau luar ruangan berkontribusi dalam risiko kanker paru.
Apa hal yang bisa dilakukan untuk mencegahnya?
Pencegahan kanker dapat dimulai dengan menerapkan gaya hidup sehat. Mengurangi konsumsi makanan ultra processing, berhenti merokok, dan menghindari paparan polusi adalah langkah awal yang penting. Selain itu, membiasakan berolahraga dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan juga perlu dilakukan. Rutin melakukan pemeriksaan dapat membantu penanganan kanker pada tahap awal sehingga mampu meningkatkan peluang kesembuhan daripada tidak melakukannya sama sekali.