Covid-19 merupakan sebuah wabah virus penyakit yang menyerang imunitas penderitanya. Asal mula wabah virus ini dari Kota Wuhan, China. Banyak situs yang mengatakan bahwa covid-19 ini berasal dari makanan warga china yang berbahan kelelawar. Wabah ini berkembang dan menyebar lewat penderitanya yang menulari individu yang sehat dengan perantara hembusan pernafasan, percikan bersin, air liur, dan sentuhan. Wabah ini menyerah secara global dan sampai saat ini masih belum bisa dihentikan penyebarannya. Indonesia merupakan salah satu Negara yang terdampak wabah ini. Banyak hal yang sudah dilakukan demi keluar dari ancaman virus mematikan ini. Tetapi kian hari kasus positif covid masih bertambah.
Indonesia pun sudah menciptakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang pada akhirnya dibubarkan dan beralih nama menjadi Satuan Tugas (SATGAS) Penanganan Covid-10. Lembaga ini bertugas untuk mengatasi pandemi covid-19, lewat beberapa istilah seperti, lock down, physical distancing, pasien dalam pengawasan (PDP), pembatasan sosial berskala besar (PSBB), new normal, 3M (Menggunakan masker, Mencuci tangan, menjaga jarak dan mengindari kerumunan), 3T (Testing, tracing, treatment), 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi).
Covid-19 ini membawa perubahan gaya hidup seperti penggunaan masker pada masyarakat, cara setiap individu berinteraksi dengan individu atau kelompok lainnya, penggunaan handsanitizer, pembayaran dengan tidak menggunakan uang tunai dan dialihkan ke pembayaran non tunai(mbanking, ovo, dana, kartu, link aja) dll. Dulu penggunakan masker dianggap sangat langkah dikarenakan terdapat pemikiran bahwa hanya orang-orang yang berpenyakit parahlah yang menggunakan masker, kini masker menjadi salah satu kebutuhan primer yang wajib dimiliki dan digunakan oleh setiap individunya. Justru orang yang tidak menggunakan masker saat ini malah dianggap aneh dan tidak waras karena berani menantang wabah yang sudah menyebabkan banyak penderitanya meninggal.
Cara berinteraksi pun berbeda. Dulu bertemu bersama teman, keluarga dan sanak saudara secara langsung dianggap wajar, yang hanya berdiam diri di rumah dianggap antisocial atau kurang pergaulan. Kini ingin bertemu dengan keluarga dan sanak saurada saja dianggap tabuh, dan banyak ditentang oleh masyarakat sekitar. Akibat dinilai sebagai pencipta kerumunan sumber penyebaran covid secara langsung. Apalagi yang berteman dengan teman. Bahkan banyak sekali kasus pembubaran acara-acara pertemuan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar lokasi acara tersebut. Saat ini pertemuan lewat dunia virtual dianggap lumrah dan sangat baik untuk dilaksanakan.
Lalu penggunaan handsanitizer dulu barang tersebut dianggap mewah karena hanya orang-orang tertentu lah yang sadar akan kebersihan tangannya. Saat ini handsanitizer merupakan barang yang wajib dibawa kemana saja. Penggunaannya pun beragam seperti setelah melakukan transaksi, masuk ke pertokoan dll. Masyarakat saat ini pun lebih suka membayar dengan pembayaran nontunai ketimbang tunai. Karena dianggap pembayaran nontunai mengurangi penyebaran virus lewat sentuhan.
Inilah beberapa pengaruh covid pada mengubah gaya hidup masyarakat saat ini. Semoga dengan berubahnya gaya hidup masyarakat, pandemi ini akan segera berakhir dan kita bisa melakukan aktivitas seperti sediakala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H