Lihat ke Halaman Asli

Atiqah Zahra

Mahasiswi

Kisah inspiratif

Diperbarui: 17 September 2024   19:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar pribadi

Tanggal 12-14 September 2024, saya mengikuti kegiatan trustbuilding yang dilaksanakan di bogor. Kegiatan ini bertujuan untuk bisa saling memahami lintas iman dan agama. Disini saya bertemu dengan orang orang yang beda kepercayaan.

Yang tidak kalah menariknya, disini saya bertemu teman yang kuliah di sekolah tinggi agama buddha negeri sriwijaya. Mengapa menarik? Soalnya dia adalah seorang muslim yang dimana kuliah di tempat orang-orang yang mayoritas beragama buddha. Berdasarkan ceritanya, awalnya dia sangat takut berada disana, karena dia akan menjadi minoritas, yang dimana ada kemungkinan untuk tidak diterima di lingkungannya, takut di kucilkan, dan ketakutan ketakutan lainnya. 

Namun ketakutan ketakutan itu hilang ketika dia terjun langsung di tempat itu. Karena yang terjadi pada kenyataannya adalah sebaliknya. Dia sangat diterima berada di tempat itu. Kuliah disana  juga disediakan asrama, dan teman saya yang muslim ini satu kamar dengan teman teman buddha, hanya dia seorang diri yang muslim di kamar itu. Namun meskipun begitu, teman teman buddhanya sangat menghormati kepercayaan teman saya yang muslim ini. 

Contoh kecilnya, ketika teman saya yang muslim ini ingin sholat, temannya yang Budha mengeluarkan patung (sebagai simbol buddha) demi menghormati keyakinan teman saya. Menurut saya, wahh kisah ini sangat menarik dan sangat perlu untuk dicatat yang kemudian di sharing ke orang lain.

Kisah selanjutnya yang juga cukup menarik adalah fasilitator atau bisa disebut pembina juga membagikan kisahnya, bahwa dia punya anak yang sekarang masi SD, dan ternyata di SD itu diajarkan intoleran terhadap sesama. Contohnya, salah seorang guru anak itu mengatakan bahwa yang masuk surga hanyalah yang beragama islam. Dalam hati, anak itu tidak terima. Sampai di rumah ia meronta ronta sekaligus bertanya ke orang tuanya mengenai perkataan yang disampaikan guru tersebut. Ia mulai gelisah, hingga ia menemukan ayat yang ternyata bertentangan dengan pernyataan guru tersebut.  Orangtuanya menyuruh anak tersebut menyampaikan hasil cariannya ke guru tersebut bahwa apa yang dikatakan guru tersebut tidak tepat. 

Namun, karena mungkin anak tersebut tidak ingin ada perdebatan yang panjang, makanya ia mengurungkan niatnya. Sebenarnya alasan anak itu tidak menerima perkataan guru tersebut karena ia mempunyai seorang teman yang berbeda keyakinan dan perbuatanya sangat baik. Ia tidak terima kalau temannya itu tidak masuk surga sedangkan perbuatannya sudah memenuhi persyaratan masuk surga. Alasannya mungkin sesimple itu, tapi dengan alasan itu, dapat membuat anak SD yang berusia sekitar 10 tahun dapat berfikir seperti itu. Sangat luar biasa..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline