Saya akan sedikit bercerita secara singkat mengenai pengalaman saya sebelum terjun ke dunia kuliah. Berawal dari setelah lulus MTS, teman saya mengajak untuk mencari suasana baru, yakni dengan kata lain, tidak lanjut sekolah di tempat kami MTS dulu.
Soalnya di tempat kami MTS, sebenarnya juga tersedia tingkat Aliyah dan bahkan perguruan tinggi. Lanjut cerita, teman saya itu mulai mencari cari informasi terkait pesantren yang bagus dan berkelas yang setara dengan SMA. Alhasil, dia menemukan informasi dari internet yang menurutnya bisa untuk dijadikan pilihan. Kami berdua pun mulai daftar. Hingga waktu tes tiba, kami sama sekali tidak mempersiapkan diri untuk tes tersebut.
Bisa dibilang kami daftar itu hanya karena mau coba-coba saja. Niat kami setengah-setengah. Lulus yah alhamdulillah, ga lulus juga tidak apa-apa. Kami tes secara ofline di kementrian agama di kota kami. Butuh beberapa minggu untuk dapat mendengar hasil tes tersebut. Dan sekali lagi, kami menunggu dengan santai. Sebenarnya, kami tidak begitu berharap untuk lulus karena melihat pesaing-pesaing yang begitu ketat.
Hari demi hari berlalu, waktu pengunguman kelulusan pun telah tiba. Dan alhamdulillahnya, kami berdua diterima. Tapi jangan senang dulu, soalnya ini masih tes tahap awal. Tes berikutnya adalah seperti percobaan tinggal di asrama selama seminggu, apakah kita betah atau tidak?. Untuk tes yang kedua ini, Kami ditempatkan di Pasuruan. Karena latar belakang kita sebelumnya juga alhamdulillah pesantren yaa, jadi insyaAllah kami bisa lulus di tes tahap kedua ini. Setelah seminggu di Pasuruan, kami Kembali ke kota kelahiran kami dengan percaya diri. Dan benar, alhamdulillah kami lolos.
Oh iya nama tempatnya adalah pesantren Sulaymaniyah. Pesantren ini mempunyai banyak cabang di beberapa negara, salah satunya Indonesia. Di Indonesia pun, asrama ini sudah sangat banyak tersebar ke berbagai provinsi. Pusat pesantren Sulaymaniyah ini berada di negara Turki. Mengapa dinamakan Sulaymaniyah? Karena pesantren ini didirikan oleh seorang kyai yang bernama Syekh Sulayman Hilmi Tunahan.
Kami berdua ditempatkan di Gresik. Pesantren ini bergerak di bidang Al Qur'an. Tujuannya tentu untuk mencetak generasi-generasi qur'ani. Ia mempunyai metode yang unik dari yang lainnya. Metode itu dinamakan metode utsmani, yakni dengan menghafal setiap halaman akhir dari setiap juz hingga genap 30 juz, kemudian dilanjut dengan halaman kedua akhir dari juz awal hingga juz akhir, dan tentu tidak lupa halaman sebelumnya diikutsertakan. Menurutku, metode ini lumayan bagus dan sangat efektif digunakan bagi orang orang yang benar-benar niat mengahafal al Qur'an hingga akhir.
Adab disana pun sangat dijunjung tinggi. Dulu waktu pertama kali kami datang di asrama, kami ke dershane (ruang belajar) untuk membaca al Qur'an. Disitu posisi kami lagi duduk bersila. Kami ditegur. Katanya duduk bersila di depan al qur'an itu merupakan hal yang kurang sopan. Dalam hati, saya bertanya-tanya "kurang sopan dari mananya?". Karena menurutku duduk bersila itu merupakan hal yang wajar-wajar aja, tapi kok disana dinilainya kurang sopan yaa?
saya tidak tau, apakah memang adab jawa seperti itu ataukah murni ajaran pesantren itu. Contoh lain, Ketika kita melihat guru kita ingin lewat dihadapan kita, Ketika kita sedang duduk misalnya, kita harus segera berdiri, atau ketika kita sedang berjalan juga, kita harus segera berhenti dan menundukkan pandangan hingga guru kita tidak terlihat mata lagi. Tapi kalau contoh ini menurutku merupakan adab jawa, karena berdasarkan cerita -cerita dari teman saya yang dulunya juga pernah mondok di jawa.
Asrama Sulaymaniyah ini termasuk salah satu asrama yang berkelas. Asramanya sangat bersih dan nyaman. Bagaimana tidak bersih jika setiap kali kita membersihkan, selalu ada pengecekan kembali? Dan kalian tau? Pengecekannya menggunakan tissu. Jika masi terdapat debu di tissu tersebut, maka kita diperintahkan untuk membersihkan kembali.
Setiap ruangan dipenuhi dengan Ac dan karpet turki. Pengelompokan rungannya pun sangat tertata rapi. Kita dilarang menaruh makanan di dalam lemari, yaa karena semuanya sudah ada tempatnya masing-masing. Disana, cara menata isi lemari pun punya adab, misalnya yang paling atas adalah jilbab, kemudian baju/kemeja, dan dibawahnya lagi celana/rok, hingga seterusnya.