Lihat ke Halaman Asli

Kematian para Lelaki

Diperbarui: 20 November 2016   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Solo Pos"][/caption]Lelaki tua dan buta itu terus bercakap tentang kematian. Katanya, tidak ada satu lelaki pun yang selamat dari kematian tersebut. "Ya, termasuk aku!" jawab lelaki tua enteng, saat seorang lelaki lain melempar tanya penuh kekesalan. Dua hari kemudian, lelaki buta itu ditemukan mati di tumpukan sampah, puluhan lalat  dan kecoa keluar dari sepasang lubang matanya yang bolong.

Pagi-pagi sekali, saat beberapa orang masih memilih mendengkur di atas ranjang, atau berpura-pura malas berangkat ke musalla yang menyerukan perintah Tuhan mereka. Dari sebuah rumah yang nyala lampunya remang-remang, seorang perempuan berteriak histeris, menangis sambil menggendong bayinya yang belum genap empat puluh hari.

Saking kaget, beberapa tetangga yang kebetulan sudah menyala, tergopoh-gopoh mencari asal suara. "Kenapa kamu menangis?" tanya salah satu dari mereka, penasaran.

Sambil terus terisak, perempuan itu menjawab, "suamiku tiba-tiba mati saat hendak kubangunkan ke musalla." 

"Apa suamimu sakit?"

"Tidak. Kami hanya habis bertengkar semalam."

"Apa yang kalian pertengkarkan?"

"Bagaimana bisa aku menyetujui suamiku menikah lagi? Sementara bayi kami saja belum punya nama." Bayi yang digendong perempuan itu mendadak menangis sangat keras, meronta-ronta. Wajahnya memerah. Orang-orang berpikir, mungkin bayi itu ikut merasakan kepergian sang bapak. Meski sudah diberi ASI, bayi laki-laki itu tak mau diam. Semakin menangis. Si ibu bayi kebingungan, dipeluknya semakin erat. Dan akhirnya bayi itu mau diam, tak menangis lagi. Untuk selamanya.

Belum habis kebingungan orang-orang yang berkabung atas kematian laki-laki tetangga serta bayinya itu, dari rumah di ujung perempatan, perempuan lain berteriak meminta tolong. 

Orang-orang yang sama, berlarian. Ada yang masih memakai sarung, memakai daster, atau membawa sutil di genggaman. Mencari asal suara.

"Ada apa, Nyi?" 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline