Lihat ke Halaman Asli

Zahra Ulaya Sifa

Universitas Diponegoro

Mahasiswa Statistika Tim II KKN UNDIP Ciptakan Terobosan: Data Statistik Bantu Desa Pakis Tekan Angka Stunting

Diperbarui: 19 Agustus 2024   17:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Bersama Kader Kesehatan Desa Pakis

Desa Pakis, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, 3 Agustus 2024 -- Dalam upaya mendukung program penurunan angka stunting di Desa Pakis, Zahra Ulaya Sifa, mahasiswa Statistika Universitas Diponegoro (UNDIP) dari Tim II KKN 2023/2024, melaksanakan program kerja monodisiplin bertajuk "Optimalisasi Program Penurunan Stunting di Desa Pakis melalui Analisis Data." Program ini bertujuan untuk membantu perangkat desa dan kader posyandu dalam mengevaluasi efektivitas program penurunan stunting pada balita dengan memanfaatkan analisis statistik.

Menggunakan Data untuk Atasi Stunting

Desa Pakis, Kabupaten Magelang, secara rutin mengadakan posyandu di delapan poskonya. Posyandu ini tidak hanya memberikan layanan kesehatan bagi balita, tetapi juga mengumpulkan data seperti berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar kepala, lingkar lengan, serta usia balita. Data ini kemudian digunakan untuk mengidentifikasi anak-anak yang masuk dalam kategori status gizi tertentu, seperti stunting serta merancang langkah intervensi yang lebih terfokus dan efektif.

Statistik Terkini dan Perbandingan dengan Desa Lain

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari bulan Januari 2023 hingga Juli 2024, Desa Pakis mencatat bahwa dari 283 balita usia 0-59 bulan yang diukur, sebanyak 65 balita atau sekitar 22,97% terdeteksi stunting. Rata-rata prevalensi stunting selama 19 bulan terakhir mencapai 19,22%, menunjukkan bahwa hampir satu dari lima balita di desa tersebut mengalami stunting.

Lebih lanjut, Zahra membandingkan prevalensi stunting di Desa Pakis dengan desa-desa lain di sekitarnya. Hasilnya menunjukkan bahwa Desa Pakis dan Desa Banyusidi memiliki prevalensi stunting tertinggi, lebih dari 20%. Sementara itu, Desa Muneng, Bawang, Daseh, hingga Muneng Warangan memiliki prevalensi stunting sedang, berkisar antara 15% hingga 20%. Adapun desa seperti Kaponan, Pogalan, Jambe Wangi, hingga Ketundan menunjukkan prevalensi stunting yang lebih rendah, yaitu di bawah 10%. Yang paling mencolok, Desa Kajangkoso berhasil mencatat nihil kasus stunting, yang merupakan indikator positif bagi kesehatan dan nutrisi di desa tersebut.

Keberhasilan Program dan Hasil Pengukuran Data

Penyerahan Leaflet Perkembangan Stunting Desa Pakis kepada Bidan Desa Pakis, Prapti Amani

Menurut bidan desa, Prapti Amani, Desa Pakis sebelumnya telah melaksanakan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada balita selama 90 hari dengan hasil yang memuaskan. Program ini telah berhasil menurunkan jumlah balita stunting, dan di periode sebelumnya, sekitar delapan balita berhasil keluar dari kategori stunting. Zahra merasa penting untuk melakukan analisis yang lebih mendalam guna memastikan program berjalan lebih efektif dan dapat disempurnakan di masa mendatang.

Perkembangan Balita Stunting dan Indikator Status Gizi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline