Lihat ke Halaman Asli

Penyelamat Bumi

Diperbarui: 22 Februari 2022   09:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dipertengahan semester 5 (kelas 12 semester 1), guru Ppkn kami memberikan tugas praktikum.Kami ditugaskan untuk membuat sebuah percobaan yang mungkin bagi kami, beberapa siswa disekolah, merasa bertanya-tanya.Kami ditugaskan untuk membuat ekoenzim.Mungkin diantara kami ada yang merasa belum familiar dengan kata ekoenzim ini, termasuk saya khususnya.Saat guru kami menugaskan, saya belum paham apa itu ekoenzim? Terbuat dari bahan apa ekoenzim itu? Dan untuk apa manfaatnya? Segala pertanyaan muncul dipikiran saya.Saat itu saya langsung mencari tahu informasi tentang ekoenzim.


Ekoenzim pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Gagasan proyek ini adalah untuk mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya kita buang ke dalam tong sampah sebagai pembersih organik. Ekoenzim adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air.


Menurut dua orang relawan Ekoenzim Nusantara yang melakukan sosialisasi di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kulon Progo, Senin (14/9/2020).Mereka adalah Atiek Mariati dan Andre Moedanton, relawan ekoenzim yang bertempat tinggal di Kapanewon Kalibawang.Atiek menerangkan ekoenzim adalah cairan alam serbaguna yang merupakan hasil fermentasi dari gula, sisa buah/sayuran dan air, dengan perbandingan 1 : 3 : 10.


Menurut pemahaman saya sendiri, ekoenzim merupakan cairan yang disimpan didalam botol atau wadah dari hasil fermentasi limbah organik, seperti sisa-sisa dari sayuran maupun buah-buahan yang diolah kembali dengan menambahkan gula dan air, lalu didiamkan selama kurang lebih 3 bulan sambil sesekali dibuka agar ada udara yang keluar.


Bahan yang digunakan dalam pembuatan ekoenzim menurut para pakar dengan perbandingan 1 : 3 : 10 yaitu  50 gram gula, 150 gram sisa limbah organik, seperti kulit buah atau sayuran ditambah 500 ml air.Alat yang digunakan adalah botol plastik bekas ukuran 1 liter, timbangan digital, dan corong.


Proses pembuatannya sebagai berikut :


Gunakan wadah plastik, jangan pakai wadah logam karena kurang elastis.
Masukkan 500 ml air ke dalam wadah plastik dan 50 gram gula.
Masukkan sisa kulit buat atau sayur ke dalam wadah.
Sisakan ruang untuk proses fermentasi. Oleh karena itu jangan isi wadah hingga penuh.
Aduk perlahan isi wadah plastik yang sudah terisi dengan larutan air dan gula. Tidak perlu dikocok.
Buka tutup wadah setiap hari selama 1 bulan pertama setelah diaduk. Dalam 1 bulan pertama, gas akan dihasilkan dari proses fermentasi.
Simpan wadah di tempat dingin, kering, dan memiliki ventilasi yang baik. Hindari sinar matahari langsung dan jangan disimpan di dalam kulkas.
Setelah 3-6 bulan, panen ekoenzim akan selesai dan dapat digunakan.


 Lama pembuatan ekoenzim adalah 3 bulan di wilayah tropis, dan 6 bulan di sub-tropis. Hasil akhir berupa cairan berwarna kecoklatan dengan aroma asam segar. Warna ekoenzim bervariasi dari coklat muda hingga coklat tua, bergantung pada jenis sisa buah/sayuran dan jenis gula yang digunakan.Ekoenzim yang baik ciri-cirinya, antara lain memiliki tingkat keasaman (pH) di bawah 4,0 dan beraroma asam segar khas fermentasi.
Ekoenzim banyak sekali manfaatnya. Kita bisa menggunakan sebagai karbol dan pembersih alami, sabun cair alami, penjernih udara alami, pembersih rumah tangga alami, dan hand sanitizer alami.Manfaat medis, ekoenzim mampu melawan parasit dan kuman yang menyebabkan infeksi dalam jantung, keputihan, radang otak, radang paru-paru, peradangan sendi, Infeksi kulit dan lain lain.
  Untuk keperluan detoks tubuh, mula-mula larutkan ekoenzim ke dalam air hangat bersuhu 30 -- 

40 derajat Celcius dengan perbandingan 30 ml : 1 baskom/ember air. Setelah itu rendam kaki ke dalam wadah tadi selama 20 -- 30 menit. Tutup seluruh kaki dengan handuk. Manfaatnya akan mengurangi atau menghilangkan gejala bau kaki, tangan, dan kaki pecah-pecah.


Dampak yang diharapkan dari pembuatan ekoenzim ini adalah menyelamatkan bumi dari sampah dan limbah yang berlebihan. Beribu manfaat dari ekoenzim hanyalah bonus.Oleh karena itu, untuk keselamatan dan kesejahteraan masyarakat bumi, khususnya bagi anak cucu kita nanti, marilah kita mulai  melakukannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline